Salah satu yang memudahkan kita dalam memahami hakikat “Laa ilaaha illa Allaah” adalah dengan memahami bahwa kalimat yang mulia ini memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi.
Dan yang namanya syarat sebuah ibadah, maka tidak lah sah ibadah tersebut kecuali dengan memenuhi syarat-syarat tersebut.
Berkata asy-Syaikh ‘Abdurrazzaq bin AbdulMuhsin al-Badr hafidzhahullaah:
لاإله إلا الله لاتقبل إلا بشروط مثلها مثل أمور الدين الاخرى ، فالصلاة لاتقبل إلا بشروط ، والحج والصيام كذلك لايقبلان إلا بشروط
“Laa ilaha illaa Allaah” tidak diterima kecuali dengan syarat-syarat, sebagaimana perkara-perkara agama lainnya.
Maka shalat tidak diterima kecuali dengan syarat. Haji dan puasa juga demikian, tidak diterima kecuali dengan syarat-syarat”
Sekarang mari kita liat bagaimana pendapat syaikh ‘Abdurrazzaq dalam menyikapi orang yang jatuh kepada kesyirikan. Karena apabila bodoh, maka orang ini tidak memenuhi syarat “ilmu” pada “Laa ilaaha illaa Allaah”.
Maka bagaimana kedudukannya?
Silikan disimak.
Penjelasan yang gamblang. Mudah dicerna. Konsisten dengan syarat-syarat yang dikemukakan.