Islam Jauh Lebih Unggul

islam-agamaku

Ulasan singkat seputar keistimewaan Islam dalam konsep ketuhanan

 

(Bagian satu dari dua tulisan)

 

Jafar Salih

 

Menjadi sebuah momentum tepat bagi ummat Islam, pada hari dimana orang-orang kristiani merayakan kelahiran “tuhan” mereka, untuk menjelaskan keistimewaan aqidah Islam dibandingkan ajaran kristiani dan ajaran-ajaran lainnya. Konsep ilahiyah (ketuhanan) yang berbeda lagi sesuai dengan fitrah dan akal sehat yang diusung oleh Islam sebagai ajaran turun-temurun semenjak Adam Alaihissalaam hingga utusan terakhir Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Bahwa Islam bukan hanya sekedar meyakini keesaan Allah pada dzat dan perbuatannya (rububiyah) semata, akan tetapi lebih daripada itu, Islam mengajarkan keesaan Allah pada hak mutlaknya sebagai satu-satunya Dzat yang berhak menerima peribadahan (uluhiyah).

 

[two_third]Di dalam Islam seseorang yang hanya mengakui pencipta alam semesta satu, pemilik dan pengatur langit, bumi dan segala isinya satu (rububiyah), belum dianggap telah berserah diri (berislam). Tapi ketika dia mengakui rububiyah hanya milik Allah lalu diikuti dengan pengakuan bahwa hanya Allah satu-satunya dzat yang berhak menerima peribadahan, barulah ketika itu dia dinilai sebagai muslim.

 

Keyakinan inilah yang termuat dalam syahadat Laa ilaaha Illallaah yang berarti: tidak ada yang berhak menerima peribadahan apa pun selain Allah semata.

Ikrar tauhid yang berkonsekwensi menolak segala sesuatu yang diibadahi (disembah) selain Allah dan hanya memberikan ibadah kepada Allah.
[/two_third]

 

Maka di dalam Islam seseorang dilarang untuk shalat kepada selain Allah, puasa untuk selain Allah, bernazar untuk selain Allah, menyembelih untuk selain Allah dan segala macam ibadah-ibadah lainnya, semua itu tidak boleh diberikan kepada selain Allah Ta’aala, baik itu seorang malaikat yang dekat kedudukannya dengan Allah maupun seorang nabi yang diutus. Dan konsep unik ini tidak ada pada ajaran selain Islam.

 

Maka di dalam Islam seseorang dilarang untuk shalat kepada selain Allah, puasa untuk selain Allah, bernazar untuk selain Allah, menyembelih untuk selain Allah dan segala macam ibadah-ibadah lainnya, semua itu tidak boleh diberikan kepada selain Allah Ta’aala, baik itu seorang malaikat yang dekat kedudukannya dengan Allah maupun seorang nabi yang diutus. Dan konsep unik ini tidak ada pada ajaran selain Islam.

Pada ajaran Nasrani misalnya, mereka terjebak dalam perdebatan seputar ketuhanan Isa Alaihissalam, apakah Isa itu tuhan atau anak tuhan atau tuhan itu satu dari tiga (trinitas). Konsep ketuhanan yang sebenarnya absolut, di dalam ajaran Nasrani terjadi silangpendapat yang hebat tentang siapakah Yesus sebenarnya?

Allah berfirman, Wahai Ahlulkitab jangan kalian berlebih-lebihan dalam agama kalian dan jangan kalian katakan tentang Allah kecuali kebenaran. Sesunguhnya Al Masih Isa putra Maryam adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang Dia tiupkan ke (rahim) Maryam dan (Isa) ruh dari-Nya. Maka berimanlah kalian kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan jangan kalian katakan: (tuhan itu) tiga. Qs. An-Nisa: 171.Sebuah kesalahan yang tidak terdapat pada konsep ketuhanan di dalam Islam (aqidah Islam).

 

Penjelasan lain dalam Al Qur’an yang menerangkan karakteristik spesial ini adalah yang terdapat pada surat Al Maidah ayat 75.Al Masih putra Maryam itu hanyalah seorang rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (Ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). Qs. Al Maidah: 75

 

Karena makan dan minum adalah sifat manusia yang menunjukkan kelemahan dan keterbatasan, berbeda halnya dengan Sang Pencipta yang Maha Sempurna, Allah menerangkan tentang dirinya dalam ayat yang paling agung dalam Al Qur’an,Allah tidak ada yang berhak diibadahi selain Dia Yang Maha Hidup lagi terus menerus mengurus makhluknya. Dia tidak disentuh kantuk, tidak pula tidur. Qs. Al Baqarah: 255.

 

Penyebutan Allah sebagai Al Hayyu (Yang Maha Hidup) Al Qayyum (Yang Maha Menghidupkan) pada ayat ini menunjukkan kesempurnaan mutlak Allah Ta’aala.

Karena Al Hayyu menunjukkan sifat kehidupan Allah yang tiada menyerupai kehidupan apa pun dari segenap makhluk-Nya. Tidak satu pun makhluk yang hidup melainkan kehidupannya diawali oleh ketiadaan (‘adam) dan dihampiri oleh kebinasaan (zawal).Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut. Qs. Al Insan: 1  Sedangkan kehidupan Allah adalah kehidupan yang utuh sempurna. Tidak pernah ada satu masa dimana Allah tidak ada (‘adam) kemudian hidup lalu binasa (zawal). Inilah yang dijelaskan oleh Nabi kita Shallallah ‘Alaihi Wasallam, orang yang paling tahu akan Rabnya, Dialah Yang Pertama dan tidak ada satu pun sebelum Dia yakni disaat segala sesuatu belum diciptakan Allah ada dan keberadaannya tiada berawal. Dan Dialah Yang Terakhir dan tidak ada satu pun setelah Dia yakni disaat segala sesuatu binasa Allah tetap hidup dan kehidupannya tiada berakhir. Ciri spesial yang tidak terdapat pada konsep ketuhanan ajaran diluar Islam.

 

Apakah Yang Menciptakan (makhluk-makhluk-Nya) disamakan dengan yang tidak bisa menciptakan?! Tidakkah kalian mengingat? Qs. An-Nahl: 17.

 

Kemudian di dalam surat Al Ikhlas diterangkan, Katakanlah Allah Yang Maha Tunggal, Allah tempat bergantung, Dia tidak melahirkan dan tidak dilahirkan, dan tidak satu pun yang serupa dengan Dia.

 

Dia tidak melahirkan yang berarti bahwa Dia bukan bapak bagi siapa-siapa. Karena apabila dia bapak bagi seseorang, maka sang anak akan serupa dengan bapak. Dan keserupaan ini mengurangi kesempurnaan, begitu pula sebaliknya. Dan Dia tidak dilahirkan artinya bahwa Dia bukan anak dari siapa-siapa, karena apabila dia anak dari seseorang maka sang anak akan serupa dengan bapaknya dan keserupaan ini juga mengurangi kesempurnaan, padahal Allah Dzat Yang Maha Sempurna dari segala macam sisi. Oleh karena itu surat ini ditutup dengan firman-Nya: Dan tidak satu pun yang serupa dengan Dia, tidak pada dzat, nama dan sifat-sifat-Nya. Dan pada ayat lain Allah tegaskanDia tidak serupa dengan sesuatu dan Dia Maha Mendengar, Maha Melihat. Qs. Asy-Syura: 11

 

Maka dalam ajaran Islam menyerupakan Allah dengan makhluk adalah penyimpangan dan kekufuran. Milik Allah lah nama-nama yang husna maka berdoalah kepada-Nya melalui nama-nama-Nya. Dan jauhilah oleh kalian orang-orang yang melakukan penyimpangan pada nama-nama-Nya, kelak mereka akan mendapat balasan akan apa yang mereka pernah kerjakan. Qs. Al A’raf: 180. Dan diantara bentuk penyimpangan itu adalah menyerupakan Allah dengan makhluk atau sebaliknya. Oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putra Maryam”. Qs. Al Maidah: 72. Dan pada ayat yang ke 73 dari surat yang sama, Allah berfirman; “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan:  “Bahwanya Allah salah satu dari yang tiga”.

 

Demikianlah sekelumit penjelasan akan konsep agung ajaran Islam dan bahwasanya kealpaan akan keistimewaan ini berdampak kepada kurangnya penghargaan akan kebesaran nikmat Allah Ta’ala kepada ummat Islam, bahwa Allah telah menjadikan mereka sebagai muslimin.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *