Siapa Yang Benar dalam Masalah Takfir?

Dalam Pelanggaran Terhadap Pokok Agama, Kejahilan bukan Merupakan Udzur!

Pertanyaan:

Saudara kita dari Sinai, Republik Arab Mesir bertanya: Terjadi perselisihan antara dua orang seputar pengkafiran (takfir) terhadap orang yang thawaf mengelilingi kuburan dan minta keselamatan dengannya. Diantara mereka ada yang mengatakan: Perbuatan ini tidak diperdebatkan merupakan kesyirikan. Akan tetapi si pelaku diberi udzur karena kejahilannya akan perkara tauhid. Sedangkan yang lain mengatakan: Orang yang minta keselamatan dengan selain Allah ini kafir dan tidak diberi udzur karena kejahilannya akan perkara tauhid. Tapi (dia) diberi udzur dalam perkara furu’ dan perkara-perkara fikih.

Pertanyaannya, mana dari dua pendapat ini yang benar? Dan mana yang keliru? Jazakumullahu khairan.

Jawab:

Yang benar adalah ucapan yang mengatakan, sesungguhnya orang ini tidak diberi udzur. Karena ini merupakan perkara yang besar dan termasuk kedalam pokok-pokok agama. Ini adalah perkara yang pertama kali diserukan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebelum shalat, puasa, zakat dan lain sebagainya.

Maka pokok-pokok agama kejahilan bukan merupaka udzur bagi orang yang tinggal ditengah-tengah muslimin, mendengar Al Qur’an, mendengar hadits-hadits.

Maka minta keselamatan dengan perantara penghuni kubur, memberi nadzar untuk mereka, menyeru mereka dan minta kepada mereka kesembuhan dan pertolongan, semua ini diantara kesyirikan terbesar kepada Allah Azza wa Jalla. Allah Subhanahu wa Ta’aala berfirman di dalam kitab-Nya yang agung:

وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لاَ بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ

“Dan barangsiapa menyeru disamping Allah ilah yang lain, yang dia tidak memiliki burhan dalam perkara ini, maka sesungguhnya perhitungan dia adalah disisi Allah. Sesungguhnya orang-orang kafir itu tidaklah beruntung.”

Di ayat ini Allah lebeli mereka sebagai kafir karena perbuatannya.

Dan Allah Azza wa Jalla juga berfirman:

ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍإِنْ تَدْعُوهُمْ لا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ

“Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, milik-Nyalah segala kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tidak mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tidak mendengar seruanmu, dan sekiranya mereka mendengar, mereka juga tidak memperkenankan permintaanmu. Dan pada hari Kiamat mereka akan mengingkari kemusyirikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu seperti yang diberikan oleh (Allah) Yang Mahateliti.”

Disini Allah namakan perbuatan mereka menyeru mereka (selain Allah) sebagai kesyirikan.

Dan Allah juga berfirman; “Dan jangan kamu menyeru bersama Allah kepada siapa pun.” Dan Dia juga berfirman: “Dan jangan kamu menyeru selain Allah dari apa-apa yang tidak memberimu kemanfaatan dan tidak memudharatkanmu. Jika kamu lakukan maka kamu termasuk orang-orang yang dzalim.”

Dan yang dimaksud dengan orang-orang dzalim adalah musyrikin. Karena kapan kedzaliman disebutkan mutlak maka maksudnya adalah kesyirikan. Sebagaimana terdapat pada firman Allah Ta’aala: “Sesungguhnya kesyirikan adalah kedzaliman yang paling besar.”

Dan begitu pula perbuatan thawaf di kuburan. Apabila dia thawaf mendekatkan (diri) dengan perbuatannya kepada si penghuni kuburan. Perbuatan ini seperti apabila dia menyerunya dan minta keselamatan melaluinya, yaitu syirik besar.

Adapun jika dia thawaf dengan anggapan bahwa thawaf di kuburan adalah bentuk mendekatkan diri kepada Allah. Yakni maksud dia ingin mendekatkan dirinya keapda Allah seperti orang-orang thawaf di Ka’bah, dimana dia mendekatkan dirinya kepada Allah dengan cara seperti itu dan bukan maksudnya kepada si mayit, ini termasuk perbuatan bid’ah dan sarana kepada kesyirikan yang haram dan berbahaya.

Namun mayoritas orang yang thawaf di kuburan, mereka mendekatkan diri kepada penghuninya dengan cara thawaf. Mengharapkan ganjaran dari penghuni kuburan dan syafaat dari mereka. Dan ini merupakan kesyirikan yang besar, seperti berdoa. Kita minta kepada Allah keselamatan.

Sumber:

http://www.alifta.net/fatawa/fatawaDetails.aspx?BookID=5&View=Page&PageNo=7&PageID=99

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *