Asy-Syaikh Abdurrazzaq: Hakikat Kesyirikan dan Udzur bil Jahl

Apa itu syirik? (yaitu) kamu menjadikan bagi Allah tandingan-tandingan sedangkan Dia yang menciptakanmu. Kamu menyerunya, menyembelih untuknya, kamu bernazar (untuknya), kamu berikan untuknya satu dari jenis-jenis ibadah. Inilah kesyirikan. Kesyirikan adalah memberikan salah satu dari ibadah untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’aala. Menyamakan selain Allah dengan Allah pada salah satu dari hak-hak Allah Subhanahu wa Ta’aala. Dan ibadah merupakan hak Allah atas hamba-hamba-Nya. (Beliau) berkata: ((Kewajiban hamba kepada Allah, beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apa pun)).

Dan kamu pun mengetahui agama Allah yang dengannya Dia mengutus rasul-rasul-Nya dari yang pertama sampai yang terakhir, yang Allah tidak terima dari siapa pun selain agama ini.

Yaitu memurnikan ibadah hanya untuk Allah, mengikhlaskan agama hanya untuk Allah.

Dan kamu pun mengetahui bagaimana jahilnya mayoritas manusia akan perkara ini. Maka jika kamu mengetahui tiga perkara ini: Kamu mengetahui dengan hatimu;

– kamu mengetahui kesyirikan,

– kamu mengetahui agama para rasul,

– dan kamu mengetahui bagaimana jahilnya manusia akan perkara ini.

(Pengetahuanmu ini) memberi kamu dua faidah: Yang pertama, kebahagiaan akan karunia Allah dan rahmat Allah.

Demi Allah, kemudian demi Allah dan kemudian demi Allah! Sesungguhnya perkara ini merupakan sebab terbesar seseorang bahagia karenanya. Barangsiapa yang Allah beri kepadanya nikmat ini, barangsiapa yang Allah anugrahkan kepadanya karunia ini, ini merupakan sebab terbesar seseorang bahagia karenanya. Karena ini merupakan pondasi keselamatan dan asas kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Seseorang berbahagia dengan kehabagiaan yang besar. Kebahagiaan akan karunia Allah dan rahmat-Nya, seperti yang Allah Ta’aala firmankan; ((Katakanlah dengan sebab karunia Allah dan dengan sebab rahmat-Nya. Dengan sebab itulah hendaknya kalian berbahagia. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan)). Lebih baik dari dunia dan apa-apa yang ada diatasnya, lebih baik dari dunia dan segala isinya.

Barangsiapa diberi taufik dengan nikmat ini, berarti dia telah diberi kebaikan seluruhnya. Dia beruntung dengan kebahagiaan dunia dan akhirat. Maka berbahagialah dengan sebab karunia Allah kepadanya. ((Katakanlah dengan sebab karunia Allah dan dengan sebab rahmat-Nya. Dengan sebab itulah hendaknya kalian berbahagia..)).

Karunia Allah adalah Islam dan rahmat-Nya adalah Al Qur’an. Sedangkan pondasi Islam dan intisari Al Qur’an adalah mentauhidkan Ar-Rahman Subhanahu wa Ta’aala serta mengikhlaskan agama untuk-Nya semata Jalla fi Ulaah.

Dan memberi kepadamu juga: ketakutan yang besar. Karena jika kamu mengetahui bahwa seseorang menjadi kafir disebabkan satu kalimat yang ia keluarkan dari lisannya, sedangkan bisa jadi dia ucapkan perkataan itu dan dia jahil , maka tidak ada udzur (toleransi) dengan sebab kejahilan. Dan bisa saja dia mengucapkannya dan dia menyangka bahwa itu mendekatkan dirinya kepada Allah Ta’aala seperti sangkaan musyrikin.

Dan dia menyangka bahwa ucapannya itu mendekatkan dia kepada Allah Ta’aala. Yakni dia mengambil tandingan-tandingan (bagi Allah) dan perantara-perantara sedangkan dia menyangka bahwa hal itu sekedar perantara yang bisa mendekatkan dirinya kepada Allah, sehingga dia kafir dengan kekufuran yang mengeluarkannya dari agama.

Atau dia mengucapkan sebuah kalimat yang merupakan kekufuran kepada Allah Subhanahu wa Ta’aala dari yang berupa kekufuran yang terang, kesyirikan yang besar, sehingga dengan sebab kalimat ini ia pun keluar dari agama, maka tidak ada udzur dengan sebab kejahilan.

Karena Asy-Syaikh (Muhammad bin Abdul Wahhab) Rahmatullah ‘Alaihi dalam perkara ini membedakan antara perkara yang jelas lagi terang, yang menjadi pondasi agama, dan dia termasuk perkara agama yang darurat diketahui, dan merupakan asasnya. Perkara ini semua (seseorang) tidak diberi udzur karena kejahilan. Barangsiapa sampai kepadanya Al Qur’an, berarti telah tegak kepadanya hujjah. ((Agar Aku peringatkan kalian dengannya (Al Qur’an) dan orang-orang yang sampai kepadanya (Al Qur’an)).

Dan beliau membedakan antara perkara ini dengan perkara yang samar. Diantara (buktinya) adalah ucapan beliau Rahimahullah Ta’aala:

“Person tertentu (muayyan) apabila mengucapkan ucapan yang menjadikannya kafir, ia tidak divonis kafir sampai ditegakkan padanya hujjah yang apabila seseorang meninggalkannya maka ia menjadi kafir. Dan ini (berlaku) dalam perkara yang samar, yang terkadang samar dalilnya bagi sebagian orang.

Adapun perbuatan yang termasuk perkara yang jelas lagi terang, atau apa yang diketahui secara darurat merupakan bagian dari agama, maka perkara ini (seseorang) tidak (boleh) abstain dalam mengkafirkan orang yang mengucapkannya”.

Ucapan beliau ini menerangkan perkataannya (sendiri) disini –semoga Allah merahmatinya-.

Bisa jadi seseorang mengucapkannya (kalimat kufur) sedangkan dia menyangka bahwa itu mendekatkan dia kepada Allah Ta’aala, seperti sangkaan musyrikin. Terlebih khusus apabila Allah mengilhami kamu apa yang Dia kisahkan tentang kaum Musa yang shalih dan berilmu, bahwa mereka mendatangi Musa seraya berkata; ((Buatkanlah untuk kami ilah seperti mereka memiliki ilah-ilah)). Maka ketika itu menjadi besarlah ketakutanmu dan kesungguhanmu dalam (mempelajari) hal yang menyelamatkanmu dari (bencana) ini dan yang semisalnya.

Dan Asy-Syaikh (Muhammad bin Abdul Wahhab) dalam kitabnya At-Tauhid membuat sebuah bab, (bab ini) termasuk bab yang paling besar faidah dan manfaatnya. Yaitu bab “Takut dari Kesyirikan”. Disana beliau membawakan beberapa ayat, padanya terdapat pelajaran takut dari kesyirikan. Diantaranya ucapan imam orang-orang yang hanif dalam doa dan permintaannya kepada Rabbnya, ((Jauhilah aku dan anak keturunanku dari beribadah kepada berhala. Wahai Rabbku sesungguhnya mereka telah menyesatkan banyak manusia, maka barangsiapa mengikuti aku, ia termasuk golonganku. Dan barangsiapa bermaksiat kepadaku, maka Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang)).

Ibrahim At-Taimi Rahimahullah berkata: Siapakah yang merasa aman dari bala’ (kesyirikan) kalau Ibrahim (saja tidak merasa aman)?!

Sumber: rekaman syarah kitab Kasyf Syubuhat

 https://www.youtube.com/watch?v=xa1OfEnk4CU

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *