Cinta & Benci Antara Keadilan Ahlussunnah & Kesewenangan Ahlulbid’ah

loveandhate

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata:

 

Ketahuilah! Orang mukmin itu wajib (bagi kita) mencintai & menolongnya (wala’) walaupun ia mendzalimimu dan sewenang-wenang kepadamu. Sedangkan orang kafir itu wajib (bagi kita) memusuhinya (bara’) walaupun ia memberikan (pemberian) dan berbuat baik kepadamu.

 

Karena sesungguhnya Allah Ta’aala telah mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab agar agama/ibadah seluruhnya milik Allah (semata). Kecintaan hanya untuk-Nya dan untuk wali-wali-Nya, kebencian untuk musuh-musuh-Nya. Kemuliaan untuk wali-wali-Nya dan kehinaan untuk musuh-musuh-Nya. Ganjaran (kebaikan) untuk wali-wali-Nya dan hukuman untuk musuh-musuh-Nya.

 

Maka jika terkumpul pada diri seseorang kebaikan dan keburukan, kebajikan dan kejahatan, ketaatan dan kemaksiatan, sunnah dan bid’ah: (ia) berhak mendapatkan kecintaan (wala’) dan ganjaran sebesar kebaikan yang ada padanya. Dan ia berhak mendapatkan permusuhan (bara’) dan hukuman sesuai kejahatan yang ada padanya. Sehingga terkumpul pada diri satu orang faktor-faktor untuk dimuliakan dan dihinakan. Sehingga terkumpul padanya dari ini dan itu. Seperti orang miskin yang mencuri, ia dipotong tangannya karena perbuatannya dan (bersamaan dengan itu) diberikan untuknya harta dari baitulmal yang cukup untuk menutupi kebutuhannya.

 

Inilah pokok yang disepakati oleh Ahlussunnah wal Jama’ah. Dan yang menyelisihi mereka (dalam perkara ini) orang-orang Khawarij dan Mu’tazilah serta orang-orang yang sepaham dengan mereka. Mereka tidak menjadikan manusia selain berhak mendapat ganjaran saja atau berhak mendapat hukuman saja. Sedangkan Ahlussunnah berpendapat: Sesungguhnya Allah mengazab dengan neraka para pelaku dosa besar, orang-orang yang berhak menerima azab. Kemudian mengeluarkan mereka dari neraka dengan syafaat pihak-pihak yang diizinkan memberi syafaat dan juga (mengeluarkan mereka) dengan sebab karunia dan rahmat-Nya, sebagaimana hal ini populer di dalam sunnah dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Wallahua’lam.

 

Beliau juga berkata pada sumber lain:

 

Barangsiapa menempuh jalan keadilan, akan memuliakan orang-orang yang berhak dimuliakan, ia mencintainya dan berloyal kepadanya dan memberikan seseorang bagian sesuai haknya. Sehingga ia mengagungkan kebenaran dan merahmati sesama. Ia menyadari bahwa seseorang memiliki kebaikan dan kejelekan, sehingga seseorang dipuji sekaligus dicela, diganjar sekaligus dihukum, dicintai dari satu sisi dan dari sisi lainnya dibenci. Inilah madzhab Ahlussunnah wal Jama’ah, berbeda dengan kaum Khawarij dan Mu’tazilah serta orang-orang yang sepaham dengan mereka, sebagaimana hal ini telah diuraikan pada tempatnya. Wallahua’lam.

 

Asy-Syaikh Sulaiman bin Sahman Rahimahullah berkata:

Perhatikanlah semoga Allah merahmatimu, kepada apa yang telah ditegaskan oleh Syaikhul Islam dalam masalah hajr (memboikot) ini. Maka barangsiapa meninggalkan prinsip ini dan menelantarkannya, berarti telah menempuh jalannya ahlulbid’ah yang bersebrangan dengan ummat Islam serta mau tidak mau ia pun menapaki jejak mereka.

 

Minhaju Ahlilhaq wal Ittiba’ -Sulaiman bin Sahman Rahimahullah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *