Kalimat tauhid “Laa ilaaha Illallah” adalah pemisah antara Islam dan kekufuran. Dia adalah pembeda antara tauhid dan syirik. Dialah urwatul wutsqa (tali yang paling kuat), dia kalimat taqwa dan dia kalimat yang diwariskan Ibrahim Alaihissalam untuk anak keturunannya, “Maka dia pun menjadikan kalimat ini sebagai peninggalan pada anak keturunannya agar mereka kembali.” (Qs.Az-Zukhruf: 28)
Al Imam Ath-Thabari rahimahullah berkata menerangkan makna “kalimat” diatas: “Yaitu ucapan “Laa ilaaha Illallah” …”
Dari sini harusnya seorang muslim bisa membedakan mana tauhid dan mana syirik, mengerti mana Islam dan mana kekufuran, tahu mana muslim dan mana kafir. Asy-Syaikh Shalih Al Fauzan hafidzahullah berkata: “Kamu harus bisa membedakan kebenaran dari kebatilan, kekufuran dari keimanan, dan bisa membedakan orang muslim dari orang kafir. Kalau tidak, apa artinya keislaman?!” [Syarah Sittatu Mawadhi’ min Ash-Shirah]
Ketika Nabi memasuki pasar Dzil Majaz, dan saat itu beliau belum punya pengikut dengan lantang beliau menyeru di tengah keramaian: “Ucapkanlah oleh kalian Laa Ilaaha Illallah kalian akan menang.” Ada seseorang yang buruk penampilannya melempari Nabi dari belakang dengan debu seraya berkata: “Wahai manusia jangan sampai tertipu dengan orang ini sehingga kalian meninggalkan agama kalian. Karena yang dia inginkan adalah kalian meninggalkan sesembahan-sesembahan kalian, agar kalian meninggalkan Latta dan Uzza…” Orang ini adalah Abdul Uzza atau populernya Abu Lahab paman Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri.
Perhatikanlah ucapan Abu Lahab yang mendustakan kalimat tauhid dengan ucapannya; “Jangan sampai kalian meninggalkan Latta dan Uzza dan sesembahan-sesembahan kalian lainnya…” menandakan bahwa dia memahami arti dan konsekwensi kalimat ini. Yang mana kalimat ini menuntut orang yang mengucapkannya untuk menetapkan Allah sebagai satu-satunya yang diibadahi dan meninggalkan apa pun dan siapa pun untuk diibadahi. Maka betapa ajaibnya seorang yang mengaku muslim, menerima tauhid namun dia tidak mengerti apa yang diminta kalimat ini dari dirinya. Al Imam Muhammad At-Tamimi rahimahullah berkata: “Maka tidak ada kebaikan pada seseorang, yang mana orang kafir Quraisy lebih paham daripada dia akan kalimat Laa ilaaha Illallah.” [Kasyf Syubuhat]
Orang kafir menolak mengucapkannya justru karena paham, sedangkan orang Islam sekarang menerimanya tapi tidak memahaminya.
أَجَعَلَ الْآلِهَةَ إِلَٰهًا وَاحِدًا إِنَّ هَٰذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ
“Mengapa dia menjadikan ilah-ilah (sesembahan yang banyak) itu hanya satu saja, sungguh ini benar-benar perkara yang mengherankan.” (Qs. Shaad: 5)
Musyrikin juga beribadah kepada Allah
Dari sini diketahui bahwa mereka disebut musyrik bukan karena tidak mengenal Allah, tidak beribadah kepada Allah, tidak menyembah Allah. Bahkan dalil-dalil yang ada justru menjelaskan bahwa dahulu musyrikin beribadah kepada Allah. Dan itu mereka lakukan disamping ibadah mereka kepada selain Allah. Lalu datanglah Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada mereka meminta mereka untuk memurnikan ibadahnya hanya kepada Allah. Allah yang telah mereka kenal sebagai satu-satunya Dzat yang menciptakan, memiliki, dan mengatur alam semesta beserta isinya.
Lalu untuk apakah mereka beribadah kepada selain Allah?! Beribadah kepada Latta, Uzza dan Manat serta ratusan berhala-berhala lainnya di sekitaran Ka’bah dan tanah arab?! Mereka beribadah kepada selain Allah bukan karena selain Allah bisa menciptakan, menghidupkan atau mematikan, memberi rezeki atau mengabulkan hajat dan doa, atau menurunkan hujan dan menahannya dan lain sebagainya. Karena mereka mengetahui bahwa hanya Allah yang menguasai itu semua.
قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَن يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَن يُدَبِّرُ الْأَمْرَ ۚ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ ۚ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ
“Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan” Maka mereka menjawab: “Allah”. Maka katakanlah: “Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?”(Qs. Yunus: 31)
Bahkan mereka menyadari hanya Allah semata satu-satunya yang bisa memberi manfaat dan mencelakakan. Mereka beribadah kepada selain Allah hanya semata-mata mereka merasa bahwa sesembahan-sesembahan itu adalah duta-duta Allah, para perantara antara mereka dengan Allah yang diyakini bisa menyampaikan hajat mereka kepada Allah.
Ayat yang menerangkan hakikat kesyirikan mereka ini adalah firman Allah Ta’aala;
وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَٰؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِندَ اللَّهِ ۚ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Dan mereka menyembah selain Allah dari apa-apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfa’atan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah”. (Qs. Yunus: 18)
Al Imam At-Thabari berkata dalam tafsirnya; [Orang-orang musyrikin yang telah Aku jelaskan kepadamu wahai Muhammad, mereka beribadah kepada selain Allah dari apa-apa yang tidak mencelakakan mereka sedikitpun dan tidak pula memberi mereka manfaat di dunia maupun di akhirat. Mereka itu adalah ilah-ilah (sesembahan-sesembahan) dan berhala-berhala yang dahulu mereka ibadahi. “Dan orang-orang musyrikin itu berkata; Mereka itu adalah para pemberi syafaat kami disisi Allah.” Yakni bahwa mereka dahulu beribadah kepadanya karena mengharapkan syafaat mereka disisi Allah.]
Al Imam Ibnu Katsir berkata; [Allah Ta’aala mengingkari musyrikin yang beribadah kepada selain Allah disamping ibadah mereka kepada Allah karena menganggap bahwa ilah-ilah (sesembahan-sesembahan) mereka itu berguna syafaatnya disisi Allah. Maka Allah mengabarkan bahwa mereka tidak bisa memberi manfaat dan mencelakakan dan tidak memiliki suatu apa pun serta tidak bisa diharapkan seperti yang mereka kira. Dan anggapan itu semua tidak ada dan tidak akan terjadi sama sekali.]
Mereka menyembelih sembelihan, sujud, thawaf, talbiyah, nazar dan ibadah-ibadah lainnya untuk selain Allah hanya semata-mata alasan mencari dan mengharapkan syafaat, agar mereka mewasilahi dan memperantarai orang yang beribadah kepadanya dengan Allah.
أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ ۚ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ
“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (Qs. Az-Zumar: 3)
Al Imam Ath-Thabari berkata: [Orang-orang musyrik itu bilang kepada sesembahannya: Kami tidak beribadah kepada kalian wahai ilah-ilah melainkan agar kalian mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya dan kalian memberi syafaat kepada kami di sisi-Nya dalam urusan hajat kebutuhan kami.]
Al Imam Ibnu Katsir berkata: [Yang melatarbelakangi mereka beribadah kepada ilah-ilah tersebut adalah mereka membuat gambar malaikat-malaikat dengan mereka-reka (bentuk malaikat), lalu mereka beribadah kepada gambar tersebut dengan asumsi peribadahan kepada malaikat-malaikat dengan maksud agar malaikat-malaikat itu memberi mereka syafaatnya disisi Allah dalam memenangkan mereka dan memberi mereka rezeki dan urusan-urusan dunia lainnya]
Inilah alasan mereka beribadah kepada selain Allah, inilah hakikat kesyirikan mereka, dan inilah sebab yang menjadikan mereka musyrik kafir.
*Alasan musyrikin beribadah kepada selain Allah adalah agar sesembahan-sesembahan tersebut menjadi perantara antara mereka dengan Allah, menyampaikan hajat mereka kepada Allah.
Jafar Salih
Sekolah Tahfidz Sahabat Teladan,
Nanggerang 20-10-2016