Pandangan Syaikh Ibnu Baz atas Klaim Bahwa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab tidak Mengkafirkan Penyembah Kubur!

Seperti yang telah saja janjikan di akhir tulisan berjudul “Benarkah Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab Tidak Mengkafirkan Penyembah Kubur?” bahwa akan saya bawakan juga pandangan ulama kontemporer terhadap ucapan Syaikh Muhammad yang selalu dijadikan andalan pihak yang abstain dari mengkafirkan penyembah kubur secara personal, yaitu ucapannya yang populer ((Dan jika kami tidak mengkafirkan orang yang beribadah kepada berhala yang berada diatas kubur Abdul Qadir dan berhala yang berada diatas kubur Ahmad Al Badawi dan yang semisal dengan mereka karena kejahilan mereka dan tidak ada yang memperingatkan mereka, maka bagaimana kami mengkafirkan orang yang tidak menyekutukan Allah jika ia tidak hijrah kepada kami dan tidak (ikut) mengkafirkan dan berperang?!))

Yang pertama, adalah pandangan Samahatus-Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz, Mufti Saudi Arabia periode terdahulu, seperti yang diceritakan oleh Asy-Syaikh Shalih Al Abbud, mantan Rektor Universitas Islam Madinah.

السؤال: الشيخ أحسن الله إليك، السؤال الثاني، لقد استمعنا ممن ينتسب إلى العلم أن من سب الله أو الرسول أو الدين –والعياذ بالله- لا يحكم بكفره لأنه قد عاش في بيعة فاسدة أو أنه جاهل، ويزعم أنه يوجد من أهل العلم من يعذره بالجهل، فما هو قولكم؟

Pertanyaan: Wahai Syaikh, semoga Allah berbuat baik kepadamu. Pertanyaan kedua, kami pernah dengar dari orang yang mengaku berilmu bahwa orang yang mencaci Allah, atau rasul, atau agama –hanya kepada Allah kita berlindung- tidak divonis kafir. Karena mungkin dia tinggal dilingkungan yang rusak atau dia jahil. Orang ini menyangka bahwa ada dari kalangan ulama yang memberinya udzur dengan sebab kejahilan. Maka apa pendapatmu?

الجواب: من سب الله أو الرسول أو الدين فهو كافر((قل أبالله وأياته ورسوله كنتم تستهزؤون لا تعتذروا…)) كما قال الله عزوجل. الله الذي حكم بكفره كما هو معلوم من قصة المنافقين الذين قالوا مقالتهم فأنزل الله هذه الآية ((قل أبالله وأياته ورسوله كنتم تستهزؤون لا تعتذروا قد كفرتم بعد إيمانكم)). والتعليل بأنه قد عاش في بيئة فاسدة أو أنه جاهل، يلزم على قوله هذا أن الكفار الأصليين لا يحكم بكفرهم وهذا كلام فاسد، هذا الكلام ما قاله أحد من المسلمين. بل لا بد من الدعوة إلى الإسلام. وهذه الأصول البينة الظاهرة لا يعذر أحد في مخالفتها. وزعمه أن الجهل قد يكون عذرا فهذا فيه إجمال لا بد من التفصيل. فالجهل الذي نشأ عن الإعراض أو عن التفريط فرط فيما لا يسعه الجهل أو أعرض سمع ببعثة الرسول صلى الله عليه وسلم وسمع بالقرآن بلغه القرآن وأعرض عنه فهذا لا يعذر بجهله. الذي نشأ عن هذا الإعراض أو عن هذا التفريط. أما من بذل جهده واستفرغ وسعه وجهل في الأمور الأخرى ليست من الأمور الفطرية فهذا لا يعذر بجهله.

لقد اجتمعت بسماحة الشيخ عبد العزيز بن باز رحمه الله على مائدته في ليلة ما، وسألته عن القول المنسوب للشيخ محمد بن عبد الوهاب رحمه الله في رده على السويدي عالم العراق حينما قال له السويدي إن الناس يزعمون أنك تكفر المسلم الذي لم يهاجر إليك ولم يدخل تحت طاعتك. فقال إذا كنت لا أكفر من يعبد الصنم على قبر البدوي ولا أكفر من يعبد الصنم على قبر الجيلاني لأنه ليس عندهم من ينبههم ويبين لهم فكيف أكفر المسلم لأنه لم يهاجر إلي ولم يدخل تحت طاعتي إلى آخر ما قال رحمة الله عليه. فوقف الشيخ عبد العزيز عن الأكل برهة ثم رفع رأسه وقال لي: لعل هذا في أول الدعوة! يعني أما الآن فالقرآن قد بلغهم فلا حجة لهم، يعني لا حجة لمن يعبد الصنم الذي على قبر البدوي ولا حجة لمن يعبد الصنم الذي على قبر الجيلاني لأن القرآن انتشر وبلغتهم الحجة من بلغه القرآن فقد بلغته الحجة ولا يعذر بكونه يحتج بأنه جاهل لأن جهله لا يكون إلا عن إعراض أو تفريط فلهذا لا يعذر بالجهل على الإطلاق كما يزعم هذا الزاعم.

 

Jawab: Barangsiapa mencaci Allah, atau rasul, atau agama, maka ia kafir ((Katakanlah, apakah Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kalian olok-olok? Jangan cari-cari alasan…)) seperti yang Allah firmankan. Allah yang memvonisnya kafir, sebagaimana diketahui pada kisah orang-orang munafik yang melontarkan ucapan mereka, maka Allah turunkan ayat ini. ((Katakanlah, apakah Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kalian olok-olok? Jangan cari-cari alasan. Kalian telah kafir setelah keimanan kalian)). Dan alasan bahwa orang ini mungkin tinggal dilingkungan yang rusak atau bahwa dia jahil, konsekwensi dari ucapan ini adalah orang-orang kafir asli tidak divonis kafir, dan ini ucapan yang rusak. Ucapan ini tidak ada seorang pun dari muslimin yang mengatakannya. Melainkan harus mendakwahkan mereka kepada Islam.

Dan perkara pokok-pokok yang jelas dan terang ini, tidak seorang pun diberi udzur karena menyelisihinya. Dan anggapan orang ini bahwa kejahilan/kebodohan menjadi udzur, ucapan ini global dan harus dirinci. Kejahilan yang lahir dari keberpalingan atau kelalaian, orangnya melalaikan hal yang tidak boleh ada kejahilan disitu atau berpaling, dia mendengar diutusnya Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, mendengar Al Qur’an, Al Qur’an sampai kepadanya, lalu ia berpaling darinya, maka orang ini tidak diberi udzur karena kejahilan/kebodohannya. Kejahilan yang lahir dari keberpalingan ini atau kelalaian ini (tidak diberi udzur –pentj). Adapun orang yang mencurahkan upayanya, mengerahkan jerih payahnya, lalu ia jahil pada perkara lainnya yang bukan termasuk dari perkara-perkara fitrah, maka orang ini tidak diudzur disebabkan kejahilan/kebodohannya. (Mungkin maksud syaikh orang ini diberi udzur –Wallahua’lam-, pentj)

Dan aku pernah bersama dengan Samahatus-Syaikh Abdul Aziz bin Baz Rahimahullah diatas hidangannya pada suatu malam. Dan aku bertanya kepadanya tentang ucapan yang dinisbatkan kepada Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah pada bantahannya kepada Suwaidi, ulama Irak. Ketika Suwaidi berkata kepadanya bahwa orang-orang menyangka kamu mengkafirkan orang Islam yang tidak hijrah kepadamu dan tidak ikut dibawah kepemimpinanmu. Maka beliau menjawab: Apabila aku tidak mengkafirkan orang yang beribadah kepada berhala yang berada diatas kubur Al Badawi, dan aku tidak mengkafirkan orang yang beribadah kepada berhala yang berada diatas kubur Jailani, karena tidak ada pada mereka orang yang memperingatkan mereka dan menerangkan mereka, maka bagaimana aku mengkafirkan muslim karena ia tidak hijrah kepadaku dan tidak ikut dibawah kepemimpinanku, sampai pada akhir ucapan beliau, semoga Allah merahmatinya.

Lalu Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz menghentikan makannya sesaat dan mengangkat kepalanya, dan berkata kepadaku: Sepertinya ini diawal dakwah! Artinya, adapun sekarang Al Qur’an telah sampai kepada mereka, maka tidak punya alasan/hujjah apa pun. Artinya, tidak ada hujjah/alasan bagi orang yang beribadah kepada berhala yang berada diatas kubur Al Badawi, dan tidak ada hujjah/alasan bagi orang yang beribadah kepada berhala yang berada diatas kubur Jailani. Karena Al Qur’an telah tersebar dan hujjah telah sampai kepada mereka. Barangsiapa yang telah sampai kepadanya Al Qur’an, berarti hujjah telah sampai kepadanya, dan tidak diberi udzur dengan alasan bahwa dia jahil. Karena kejahilannya tidak terjadi kecuali disebabkan keberpalingan atau kelalaian. Dari sini orang ini tidak diberi udzur secara mutlak (tidak seperti) yang disangkakan orang ini!

 

Sumber:

https://www.youtube.com/watch?v=urJlv7ntHE8

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *