Pada tahun 73 H, Makkah yang dipimpin Khalifah Abdullah bin Zubair digempur habis-habisan oleh pasukan Khalifah Abdul Malik bin Marwan yang dipimpin oleh panglimanya Hajjaj bin Yusuf. Hajjaj mengepung Makkah selama 8 bulan 17 hari dan melempari penduduknya dengan ketapel api, sehingga porak porandalah barisan Abdullah bin Zubair.
Melihat barisannya yang kocar-kacir, Abdullah pun menemui ibunya Asma’ binti Abi Bakr Ash-Shiddiq. Ia berkata:
“Orang-orang telah meninggalkanku, sampai-sampai anak dan keluargaku. Tidak tersisa pada barisanku selain orang-orang yang tidak sanggup meladeni musuh, sedangkan mereka menjanjikan untukku dunia (jika aku menyerah). Apa pendapatmu wahai ibu?”
Asma’ berkata: “Kamu wahai anakku lebih mengetahui keadaan dirimu sendiri.
Jikalau kamu mengetahui bahwa kamu berada diatas kebenaran dan mengajak kepadanya, hadapilah mereka. Karena sungguh banyak teman-temanmu yang telah gugur membelamu. Jangan kamu serahkan lehermu kepada mereka sehingga anak-anak bani Umayyah mempermainkannya.
Tapi jika ternyata kamu hanya menginginkan dunia, kamu adalah seburuk-buruknya manusia, kamu binasakan dirimu sendiri dan orang-orang yang terbunuh membelamu.
Dan jika kamu katakan: “Aku berada diatas kebenaran, tapi ketika teman-temanku meninggalkanku, aku menjadi lemah.” Ini bukan perbuatan orang merdeka dan bukan karakter orang yang beragama. Apa dunia yang bisa ia berikan kepadamu?! Kematian, kematian jauh lebih baik.”
Sumber:
Al Muntadzam fi Tarikhil Muluk wal Umam.