Saat menjelaskan washatiyah (sikap tengah) Ahlussunnah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata dalam Al Aqidah Al Washitiyah:
“Mereka (Ahlussunnah) berada di tengah-tengah dalam:
– (1) bab sifat-sifat Allah antara ahli ta’thil Al Jahmiyah dan ahli tamtsil Al Musyabbihah.
– (2) Dan mereka (Ahlussunnah) berada di tengah-tengah dalam bab perbuatan-perbuatan Allah antara Al Jabriyah dengan Al Qadariyah dan selain mereka.
– (3) Dan dalam bab ancaman (Ahlussunnah berada diantara) Al Murji’ah dan Al Wa’idiyyah dari Al Qadariyah dan selain mereka.
– (4) Dan dalam bab nama-nama keimanan dan agama (Ahlussunnah berada diantara) Al Haruriyah dan Al Mu’tazilah dengan Al Murji’ah dan Al Jahmiyah.
– (5) Dan dalam (sikap kepada) para shahabat Rasulullah (Ahlussunnah berada diantara) Ar-Rafidhah dan Al Khawarij.”
Maksud dari kutipan diatas pada uraian ini adalah, pentingnya seseorang berhati-hati dan tidak berlebih-lebihan dalam beragama. Karena diantara orang-orang sekarang ada yang berlebihan dalam membantah pemikiran-pemikiran menyimpang tapi malah terjatuh kepada kebalikannya. Seperti yang menimpa seorang da’i dari Riyadh, Saudi Arabia karena semangatnya dalam membantah penyimpangan Khawarij dan orang-orang yang telah dinilai menyimpang oleh para ulama seperti Salman Audah dan yang semisalnya, da’i ini justru jatuh kepada kekeliruan sehingga ucapan-ucapannya yang beredar pada tulisan dan ceramahnya dinilai sebagai paham Irja’ oleh para ulama.
Dibawah ini saya bawakan sebagian dari ucapannya sebagai contoh bagi kita agar dijadikan pelajaran, bahwa meski dalam membantah paham menyimpang seseorang harus berhati-hati melazimi Al Kitab dan As-Sunnah diatas pemahaman salafus-shalih.
1- Asy-Syaikh Al Allamah Shalih bin Fauzan Al Fauzan ditanya tentang kitab Al Ilmam bi Syarh Nawaqidil Islam karya Asy-Syaikh Abdul Aziz Ar-Rayyis dimana penulisnya mentaqrir (menegaskan) bahwa “Udzur bil Jahl (kejahilan sebagai penghalang) sifatnya umum, berlaku pada semua mukaffir / pembatal”.
Asy-Syaikh Shalih menjawab: Ini irja! Aku sudah baca, aku dapati ini kitab irja’. Isinya bertentangan dengan pembatal-pembatal yang disebutkan oleh Syaikhul Islam (Muhammad bin Abdul Wahhab). Ia mengira bahwa ia mensyarahnya, padahal dia membantah Asy-Syaikh (Muhammad bin Abdul Wahhab). Kitab ini wajib dijelaskan (kesesatannya) dan jangan sampai tertipu dengannya.
Sumber situs Asy-Syaikh Abdullah bin Shalfiq Adz-Dzafiri http://www.dafiri.com/node/438
2- Asy-Syaikh Al Allamah Abdurrahman Al Barrak (guru dari Asy-Syaikh Al Allamah Abdul Aziz Alu Syaikh, mufti Saudi sekarang).
Disampaikan kepada beliau ucapan seseorang yang mengatakan dalam tulisannya : “Sesungguhnya kapan seseorang sujud kepada berhala karena sebab duniawi dan lisannya mengaku bahwa ia beribadah kepadanya, maka orang ini dihukumi kafir. Tapi kita tidak bisa menghukumi batinnya kafir, karena ada kemungkinan ia berdusta. Dan seperti ini juga orang yang mengatakan: saya beriman bahwa Allah itu satu dari yang tiga (trinitas). Maka orang ini kafir tapi kita tidak bisa memastikan batinnya kafir.”
Asy-Syaikh Al Allamah Abdurrahman Al Barrak Hafidzahullah berkata: “Jika benar ini ucapanmu, sesungguhnya kamu telah tersesat dengan kesesatan yang jauh. Dan kamu telah mengucapkan kedustaan (atas agama Allah) dengan kedustaan yang besar…”
Asy-Syaikh Abdurrahman Al Barrak juga menasihati orang ini: “Takutlah kamu kepada Allah! Jangan menyibukkan diri dengan pemahaman seperti ini yang akan menjadi sandaran bagi setiap orang yang melakukan berbagai kekufuran dengan alasan basa-basi atau perkara duniawi. Takutlah kepada Allah dan jangan berbicara dengan ucapan seperti ini diantara para penuntut ilmu.”
Sumber: http://www.khayma.com/kshf/r/ryes-erga.htm
Lihat juga bantahan Asy-Syaikh Al Allamah Abdul Aziz Ar-Rajihi terhadap ucapan-ucapan irja’ yang berkembang belakangan agar kita bisa berhati-hati darinya. http://www.tauhidfirst.net/memahami-takfir-muayyan-melalui-tanya-jawab-dengan-ulama-jilid-1/
Wallahua’lam bisshawaab