Surat Kepada Ikhwan

Dari Muhammad bin Abdul Wahhab kepada siapa saja yang sampai (di tangannya surat ini) dari para ikhwan yang beriman kepada ayat-ayat Allah dan membenarkan Rasulullah, yang mengikuti As-Sawad Al A’dzam (kelompok mayoritas) dari para shahabat Rasulullah dan orang-orang yang mengikuti mereka diatas kebaikan serta para ulama dan orang-orang yang beriman lagi berpegang teguh kepada agama yang lurus disaat zaman telah rusak. Ikhwan yang bersabar diatas keterasingan dan cobaan.

Salaamun ‘Alaikum wa Rahmatullahi wa Barakaatuh,

amma ba’du;

Sesungguhnya Allah Subhanahu telah mengutus nabi kalian Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pada saat dunia ini kosong dari seorang rasul. Dan (waktu itu) penduduk bumi dari timur sampai barat telah keluar (meninggalkan) agama Ibrahim dan menerima kesyirikan kepada Allah, kecuali segelintir dari Ahlulkitab. Maka ketika beliau mengajak (mereka) kepada Allah, penduduk bumi pun kaget terperanjat dengan dakwahnya. Sehingga semua mereka memusuhinya, orang jahil dan ahlulkitab, para ahli ibadah dan orang-orang fasiknya (semuanya memusuhi beliau).

Dan tidak ada yang mengikuti agama beliau kecuali Abu Bakr Ash-Shiddiq dan Bilal. Dan (yang mengikutinya) dari keluarganya, Khadijah beserta anak-anaknya dan budaknya yang bernama Zaid bin Haritsah dan Ali Radhiyallahu ‘Anhu.

Amr bin Abasah berkata; Ketika aku mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di Makkah, aku tanya kepadanya: Kamu ini apa? Beliau menjawab: “Nabi.” Aku tanya lagi: Nabi itu apa? Beliau bilang: “Allah mengutusku.” Aku tanya lagi: Dengan apa dia mengutusmu? Beliau menjawab: “(Dia mengutusku) dengan (ajaran) menyambung silaturahim, menghancurkan berhala dan agar hanya Allah yang diibadahi dan tidak disekutukan dengan suatu apa pun!”

Aku tanya kembali: Siapa yang bersamamu diatas ajaran ini? Beliau menjawab: “Orang merdeka dan budak.” Dan yang bersama beliau ketika itu Abu Bakr dan Bilal.

Inilah gambaran Islam diawal kemunculannya, dimusuhi oleh awam dan orang terpandang, dan kondisinya yang sangat terasing.

Kemudian telah benar (riwayatnya) dari beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bahwa beliau bersabda, “Islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali asing seperti awal kemunculannya.”

Maka barangsiapa memperhatikan ini dan memahaminya, lenyaplah darinya syubhat-syubhat syaithan dari kalangan jin dan manusia yang menggiring orang-orang yang beriman kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan belalai dan kakinya (kepada kesesatan)!(1) 

Maka bersabarlah wahai ikhwan! Bersyukurlah kepada Allah atas karunia yang Dia berikan kepada kalian berupa mengenal Allah dan mengenali hak-Nya (yang wajib ditunaikan) atas segenap hamba-hamba-Nya dan mengenali ajaran bapak kalian Ibrahim, dizaman dimana kebanyakan manusia mengingkarinya. Bersandarlah kepada Allah agar Dia menambahkan kepadamu keimanan dan keyakinan dan ilmu, dan agar Dia mengokohkan hati-hatimu diatas agama-Nya. Dan bacalah seperti yang dibaca oleh orang-orang shalih yang dipuji Allah di dalam kitab-Nya; 

((Wahai Rab kami, jangan Engkau palingkan hati-hati kami setelah Engkau tunjuki kami, dan berilah kepada kami dari sisi-Mu rahmat, sesungguhnya Engkau Maha Memberi)).

Dan ketahuilah bahwasanya Allah telah menjadikan hidayah dan kekokohan memiliki sebab-sebab, sebagaimana Dia menjadikan kesesatan dan penyimpangan memiliki sebab-sebab. Diantaranya bahwa Allah telah menurunkan Al Kitab dan mengutus rasul-Nya agar menerangan kepada manusia apa-apa yang mereka perselisihkan, sebagaimana firman-Nya: Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Alkitab (al-Qur’an) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. 16:64)

Maka diturunkannya kitab-kitab dan diutusnya rasul-rasul sebagai pemutus udzur (alasan) dan penegakan hujjah, sebagaimana yang Allah firmankan; “…agar supaya tidak alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu.” (QS. 4:165)

Maka jangan pernah lalai dari mempelajari tauhid dan mengajarkannya dan (teruslah) berdalil dengan kitabullah serta mentadabburinya.

Dan kalian telah mendengar berbagai ibrah dan pelajaran di dalam kitabullah, diantaranya; seperti ucapan mereka (musyrikin): kami para muwahhid, kami tahu bahwa hanya Allah yang memberi manfaat dan mencelakakan, para nabi serta selain mereka tidak menguasai manfaat maupun kemudharatan. Akan tetapi kami (hanya) mencari syafaat!

Dan kalian telah dengar keterangan Allah di dalam kitab-Nya yang menyanggah hal ini beserta keterangan ahli tafsir dan ulama.

Begitu pula kalian telah mendengar ucapan musyrikin kesyirikan adalah menyembah berhala, kalau (menyembah) orang-orang shalih bukan syirik.

Dan kalian juga telah mendengar ucapan mereka Kami tidak berharap kecuali kepada Allah, tapi kami mencari sebab melalui kedudukan mereka (orang-orang shalih). Dan kalian telah mendengar keterangan Allah yang menyanggah ini semua.

Dan Allah telah menganugrahkan kepada kalian, (dimana) ulama musyrikin telah mengakui ini semua, kalian mendengar pengakuan mereka bahwa apa yang dilakukan di Haramain, Bashrah, Iraq dan Yaman adalah kesyirikan kepada Allah. Mereka mengakui untuk kalian bahwa agama yang mereka bela dan sangka pengikutnyalah yang disebut dengan As-Sawad Al A’dzam (mayoritas terbesar), mereka mengakui ajaran mereka adalah kesyirikan. Bahkan mereka mengakui untuk kalian kalau tauhid yang mereka terus berupaya mematikan cahayanya dan membunuh pembelanya dan menawan mereka, bahwa tauhid ini adalah agama Allah dan rasul-Nya. Dan pengakuan dari mereka ini atas diri-diri mereka adalah diantara tanda-tanda (kebesaran) Allah yang paling besar dan diantara nikmat Allah yang paling agung kepada kalian. Sehingga tidak tersisa setelah ini satu syubhat pun kecuali pada hati yang mati, yang telah Allah kunci. Dan mereka tidak punya jalan keluar.

Akan tetapi sekarang, mereka membantah kalian dengan satu syubhat, maka perhatikanlah sanggahannya.

Yaitu mereka mengatakan, semua ini benar. Dan kami bersaksi bahwa ini adalah agama Allah dan rasul-Nya, kecuali takfir dan perang! Dan yang aneh dari orang-orang yang luput darinya sanggahan terhadap syubhat ini, apabila ia telah mengakui bahwa ini adalah agama Allah dan rasul-Nya, bagaimana tidak menjadi kafir orang yang mengingkarinya?! Orang yang memerangi orang yang mengajak kepadanya?! Atau menawan mereka?! Bagaimana tidak menjadi kafir orang yang memerintahkan menawan mereka?! Dan bagaimana tidak menjadi kafir orang yang datang kepada pemuja kesyirikan, memotivasi mereka untuk terus diatas ajarannya dan menghiasinya untuk mereka (kesyirikan mereka) dan memotivasi mereka untuk membunuhi muwahhidin dan merampas harta mereka?! Bagaimana tidak menjadi kafir, sedangkan dia bersaksi bahwa apa yang ia motivasi itu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah mengingkarinya, melarang darinya dan menyebutnya sebagai kesyirikan kepada Allah?! Dan dia bersaksi bahwa apa yang ia benci dan orang-orangnya, dan ia perintahkan musyrikin untuk memeranginya adalah agama Allah dan rasul-Nya?!

Dan ketahuilah, bahwa dalil-dalil akan kafirnya muslim yang shalih apabila ia menyekutukan Allah, atau menjadi bersama musyrikin dalam memerangi muwahhidin walaupun ia tidak menyekutukan Allah, lebih banyak dari bisa dihitung dari kalamullah dan ucapan Rasul-Nya serta ucapan ulama seluruhnya.

Dan saya sebutkan untuk kalian sebuah ayat dari kitabullah, ulama sepakat akan tafsirannya bahwa ayat ini tentang muslimin. Dan barangsiapa melakukan perbuatan itu maka ia kafir dizaman manapun dan ditempat manapun. Allah berfirman;

“Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman…” sampai pada akhir ayat. Dan padanya terdapat:

“Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan dunia lebih dari akhirat…” (QS. 16: 106-107)

Maka apabila ulama telah menyebutkan bahwa ayat ini berbicara tentang shahabat (nabi) ketika diuji oleh penduduk Makkah, dan mereka menyebutkan bahwa seorang shahabat (nabi) apabila ia mengucapkan kata-kata kesyirikan dengan lisannya, disamping kebencian dia kepadanya dan memusuhi musyrikin, akan tetapi (ia mengucapkannya) karena takut kepada mereka, bahwa shahabat ini menjadi kafir setelah keimanannya, maka bagaimana jadinya seorang muwahhid di zaman kita?! Apabila ia mengucapkan (kata-kata kufur) di Bashrah, atau Ahsa’, atau Makkah, atau selainnya karena takut dari mereka bukan dipaksa. Apabila yang seperti ini menjadi kafir, maka bagaimana dengan orang yang menjadi bersama mereka, tinggal dengan mereka, dan menjadi bagian dari mereka?!

Dan (terlebih lagi) bagaimana dengan orang yang membela mereka diatas kesyirikan mereka dan menghiasinya untuk mereka?!

Dan bagaimana dengan orang yang mengajak memerangi muwahhidin dan mengajak (musyrikin) untuk tetap diatas ajaran mereka?!

Maka antum, semoga Allah berikan taufik-Nya, perhatikanlah ayat ini. Dan perhatikanlah orang-orang yang ayat ini berbicara tentang mereka. Dan perhatikanlah ijma’ ulama akan tafsirannya. Dan perhatikanlah (juga) apa yang terjadi antara kami dan musuh-musuh kami yang terus menerus kami minta mereka untuk merujuk kepada kitab-kitab mereka yang ada ditangan-tangan mereka dalam perkara takfir dan perang. Mereka tidak menyambut ajakan ini selain dengan mengadu-adu kepada masyaikh dan orang-orang semacam mereka.

Kepada Allah aku mintakan taufik untuk kalian kepada agama-Nya dan mengokohkan kalian diatasnya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakaatuh

 

Sumber: Risalah 38 dari Ar-Rasail Asy-Syakhshiyyah  (Hal: 269-273)

———————————————————————————————————————————

(1) Yaitu syubhat : berdalil dengan suara mayoritas, “yang paling benar adalah yang paling banyak pengikutnya!”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *