Bagaimana Memahami An-Nisaa’ ayat 115?

 Allah Ta’aala berfirman pada surat An-Nisaa’ ayat 115:

{وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيراً} [النساء: 115]

“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudahjelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia kedalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali.” (QS. An-Nisaa’ :115)

Sebagian orang bersandar kepada ayat ini untuk menguatkan anggapannya bahwa “seorang yang jahil tidak bisa dikafirkan kerena kesyirikannya sampai dijelaskan”. Pertanyaannya, benarkan pendalilan mereka terhadap ayat ini? Atau sebenarnya ayat ini justru menyanggah mereka?

Mari simak keterangan dari imam-imam dakwah Nejed, Asy-Syaikh Sulaiman bin Sahman (w. 1349) dan Asy-Syaikh Abdullathif bin Abdurrahman Alu Syaikh (w. 1293)

1- Dalam Adh-Dhiya’ Asy-Syariq hal 6, Al Allamah Abdurrahman bin Sahman berkata :

وقد قال تعالى: {وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيراً} [النساء: 115]

فإن الله تعالى قد بين الحق بيانا كافيا شافياً، وأرسل رسوله محمداً صلى الله عليه وسلم إلى الخلق بالحق مبشراً ونذيراً وداعياً، ونصب الأدلة، وأوضح المحجة، فلم يبق للناس على الله بعد الرسل من حجة، فمن أجاب داعي الله فقد نجا، ومن تولى عن الحق معرضاً أفضى به عوجاً. اهـ

Allah Ta’aala telah berfirman: “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudahjelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia kedalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali.” (QS. An-Nisaa’ :115)

Sesungguhnya Allah Ta’aala telah menerangkan kebenaran dengan keterangan yang melegakan dan mengutus rasul-Nya Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada segenap makhluk dengan kebenaran sebagai pembawa kabar gembira dan peringatan dan penyeru (kepada kebaikan). Allah menurunkan dalil-dalil dan menerangkan hujjah-hujjah, sehingga setelah diutusnya rasul tidak ada lagi bagi manusia alasan (menolak). Barangsiapa menyambut nabi-Nya ia selamat dan barangsiapa berpaling dari kebenaran, dia pun dibawa kepada kesesatan. –selesai.

2- Asy-Syaikh Abdullathif bin Abdurrahman dalam Mishbah Adz-Dzalam :

وأما قول الله تعالى: {وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى} [النساء: 115] [النساء / 115]
وما بعدها من الآيات، فهو الحق الذي لا ريب فيه، والهدى الذي لا ضلال يعتريه، والشأن كل الشأن في فهم خطابه وما دل عليه، وما انطوى عليه من الأحكام والدلالات، ليس المعنى ما زعمه هذا من أنه لا يكفر أحد حتى يتبين له الإيمان ويختار الكفر، بل المراد عند أهل العلم بالتأويل أن من تبين له ما جاء به الرسول من الحجة والبيان، ثم عاند وأصر وشاق الرسول، ولو ظنَّ إصابة نفسه، كالخوارج، متوعد بهذا الوعيد العظيم في هذه الآيات الكريمات، وليس المراد أنه لا يكفر إلا هذا الصنف من الناس، وقد تقدم من الآيات الدالة على تكفير من زين له سوء عمله فراه حسنًا، ومن ضلَّ سعيه في الحياة الدنيا وهو يحسب أنه محسن.

Adapun firman Allah Ta’aala : “Barangsiapa menyelisihi rasul setelah jelas baginya petunjuk…”  (Qs. An-Nisaa’: 115) dan ayat-ayat sesudahnya. Ini (semua) benar tanpa keraguan, (ini adalah) petunjuk yang tidak terdapat padanya kesesatan. Tapi yang menjadi ukuran adalah (bagaimana) memahami khitab-nya dan apa (makna) yang ditunjuki olehnya, serta apa hukum-hukum dan petunjuk-petunjuk yang dikandungnya!! (Bahwa) maknanya tidak seperti yang dikira orang ini, bahwa seseorang tidak dikafirkan sampai jelas baginya keimanan dan (lalu) memilih kekufuran. Bahkan maksud (ayat ini) menurut ulama tafsir bahwa barangsiapa yang jelas atasnya apa yang dibawa rasul dari hujjah dan keterangan, kemudian membangkang dan bertahan serta menyelisihi rasul, walau ia menyangka dirinya diatas kebenaran, seperti Khawarij, mereka terancam dengan ancaman besar ini yang terdapat pada ayat-ayat mulia ini. Dan bukan pula maksud (dari ayat ini) hanya jenis manusia ini saja yang dikafirkan, karena telah berlalu ayat-ayat yang menunjukkan akan pengkafiran orang-orang yang dihiasi untuknya perbuatannya yang jelek sehingga ia melihatnya baik. Dan (juga) orang yang tersesat jalannya di kehidupan dunia sedangkan ia menyangka berbuat kebaikan. –selesai.

Semoga Allah member taufik kita kepada hidayah-Nya, Amin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *