IBNU ARABI PENCETUS AJARAN KUFUR WIHDATUL WUJUD

Ibnu Arabi

Dia adalah Abu Bakr Muhyid-Diin Muhammad bin Ali bin Muhammad Al Hatimi Ath-Tha’iy Al Andalusi. Nasabnya bersambung kepada Hatim Ath-Tha’iy seorang pujangga pra Islam. Ibnu Arabi dikenal dengan panggilan Asy-Syaikh Al Akbar. Ia lahir di Murcia, selatan Spanyol pada tahun 560 H (1165 M) dan besar disana. Kemudian ia pindah ke Sevilla dan belajar di sana. Di usia muda ia bekerja sebagai juru tulis beberapa penguasa setempat. Dikisahkan bahwa suatu ketika ia jatuh sakit, setelah sembuh terjadi perubahan pada dirinya. Ia menjadi sangat zuhud dan memfokuskan diri beribadah dan mengurung diri dari manusia. Selama lebih kurang 20 tahun ia habiskan usianya keliling negeri Andalusia dan utara Afrika berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya ditemani beberapa orang syaikh-syaikh sufi.

Pada saat usiannya menginjak 30 ia pergi ke Tunisia, kemudian Fez (Maroko) di kota ini ia menulis buku Al Isra’ ila Maqam Al Asra, kemudian ia kembali ke Tunisia. Dari Tunisia ia pergi lagi ke wiliyah timur, ke Cairo (Mesir), Al Quds dan melanjutkan perjalanannya ke selatan menuju Makkah menunaikan haji dan tingga di dekat Bait Al Haram beberapa tahun. Disana ia menulis bukunya Taj Ar-Rasa’il dan Ruh Al Quds. Kemudian pada tahun 598 H ia mulai menulis bukunya yang besar Al Futuhat Al Makkiyah. Dan pada tahun-tahun berikutnya dilaporkan ia berpindah-pindah antara Anatolia (Yunani), Suriah, Al Quds, Cairo dan Makkah. Kemudian ia pergi meninggalkan Anatolia untuk menetap di Damaskus. Pada masa itu ia mendapat kritikan dan serangan dari para fuqaha bahkan pengkafiran dan tuduhan zindik hingga akhirnya berlindung kepada keluarga Ibnu Az-Zakki dan beberapa orang dari keluarga Al Ayyubiyah, penguasa kala itu. Di masa itu pula ia menulis bukunya Fusush Al Hikam dan menyelesaikan karyanya Al Futuhat Al Makkiyah. Ibnu Arabi wafat di rumah Al Qadhi Ibnu Az-Zakki pada tahun 638 H (1240 M) dan dikubur di pemakaman keluarga bangsawan di bukit Qashiyun, Damaskus.

Wihdatul Wujud

Ibnu Arabi berpandangan bahwa tidak ada wujud yang hakiki selain Allah. Makhluk seluruhnya adalah representasi dari wujud yang hak, sedangkan tidak ada yang wujud selain Allah, karena Allah lah satu-satunya wujud yang hak. Dari sini ia meyakini bahwa tidak ada perbedaan antara Al Khaliq (Sang Pencipta) dengan makhluk (yang diciptakan). Bukti akan hal ini adalah ucapannya yang terkenal “Subhana man adzharal asy’ya’ wa huwa ainuha” yang artinya; Maha suci Allah yang telah menciptakan segala sesuatu yang mana itu semua adalah diri-Nya.”

Akidah yang rusak ini berakibat lahirnya keyakinan rusak lainnya seperti al jabr dalam persoalan takdir, pengingkaran adanya hisab, pahala dan hukuman. Lahir juga dari akidah wihdatul wujud keyakinan penyatuan agama atau wihdatul adyan. Ibnu Arabi sendiri menekankan bahwa antara orang yang beribadah kepada Allah dengan orang yang beribadah kepada batu dan berhala sama kedudukannya. Karena pada hakikatnya semua mereka tidak beribadah selain kepada Allah, karena tidak ada perbedaan antara Al Khaliq dengan makhluk. Pendapat rusak ini diikuti oleh murid Ibnu Arabi seperti Ibnul Faridh, Ibnu Sab’in dan At-Tilmisani.

Para ulama yang mengkafirkan Ibnu Arabi

1- Sulthan Ulama, Izzud-Diin Abu Muhammad Abdul Aziz bin Abdus Salam Ad-Dimasyqi. Ia berkata; “Syaikh jahat pendusta. Ia berpendapat bahwa ala mini qadim dan tidak mengharamkan zina.”

2- Ibnu Taimiyah, Ahmad bin Abdul Halim Al Harrani Ad-Dimasyqi. Ia berkata; “Orang ini (Ibnu Arabi) dikafirkan oleh Al Faqih Abu Muhammad karena ucapannya itu. Tidak ada seorang pun sebelum dia yang lancang mengatakan; sesungguhnya ala mini adalah Allah, atau alam adalah wujud Allah dan Allah itu sendiri.”

3- Asy-Syaikh Al Imam, Barakat Al Islam, Qutb Ad-Diin Ibnu Al Qasthalani

4- Qadhi Al Qudhat, Badru Ad-Diin Muhammad bin Jamaah. Ia berkata; Tidak mungkin Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membisikkan di dalam mimpi sesuatu yang menyelisihi (Islam) atau bertentangan dengan kaidah-kaidah Islam. Yang benar hal itu diantara waswas setan dan ujiannya dan permainan setan terhadap pandangan dan itu adalah cobaan dan fitnahnya. Adapun pengingkarannya -Ibnu Arabi- terhadap apa yang terdapat di dalam Al Kitab dan As-Sunnah berupa ancaman-ancaman ini menandakan bahwa dia kafir terhadapnya menurut ulama tauhid. Begitu pula pendapatnya tentang Nuh dan Hud Alaihimas-Salam adalah ucapan yang rusak batil dan tertolak.”

5- Imad Ad-Diin Ahmad bin Ibrahim Al Washiti

6- Al ‘Allamah Syams Ad-Diin Muhammad bin Yusuf Al Jazari. Ia berkata; “Penilaiannya yang membenarkan peribadahan kaum Nuh terhadap berhala adalah kekufuran. Begitu pula ucapannya -Ibnu Arabi- bahwa Al Haq Al Munazzah (Allah) adalah Al Khalq Al Musyabbah (makhluk) adalah ucapan batil yang kontradiktif dan kekufuran.”

Ia juga berkata;  Adapun siapa yang membenarkan ajarannya -Ibnu Arabi- hukumnya sama seperti dia sama-sama disesatkan dan dikafirkan apabila dia orang berilmu. Tapi apabila dia bukan orang yang berilmu jika dia berpendapat dengan pendapat itu -Ibnu Arabi- karena jahil maka ia perlu diberitahu tentang hakikat ucapannya -Ibnu Arabi- dan wajib diajari dan dicegah darinya sebisa mungkin.

7- Al Imam Burhan Ad-Diin Ibrahim bin Mu’dhadh Al Ja’bari.

8- Al ‘Allamah Zaid Ad-Diin Umar bin Abi Al Haram Al Kattani Asy-Syafi’i. Ia berkata; “Ucapannya -Ibnu Arabi- tentang kaum Hud adalah kekufuran. Karena Allah Ta’aala telah mengabarkan di dalam Al Qur’an Al ‘Adzim tentang ‘Ad bahwa mereka telah kafir terhadap Rab mereka. Dan orang-orang kafir tidak berada di atas Ash-Shirath Al Mustaqim (jalan yang lurus). Maka pendapat yang mengatakan bahwa mereka -orang-orang kafir- berada di atasnya (jalan yang lurus) adalah mendustakan teks yang terang dari Al Qur’an. Orang yang mendengarnya dan tidak mengingkarinya berdosa apabila dia mukallaf. Dan apabila dia ridha dengannya maka dia telah kafir.”

9- Al Imam Abu Hayyan Muhammad bin Yusuf Al Andalusi. Beliau menyebutkan pada tafsir surat Al Ma’idah “Sungguh telah kafir orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah Al Masih Ibnu Maryam”;

“Ada orang-orang yang mengaku berislam secara lahir dan berafiliasi kepada kaum sufi yang mengambil dari sebagian ajaran Kristen akidah hulul (bersatu-nya) Allah pada gambaran-gambaran yang indah. Begitu pula orang-orang yang mulhid (menyimpang) dari mereka mengambil (dari ajaran Kristen) keyakinan wihdatul wujud seperti Al Hallaj, Asy-Sya’wadzi, Ibnu Ahla, Ibnu Arabi yang tinggal di Damaskus, Ibnu Al Faridh dan pengikut mereka seperti Ibnu Sab’in.” Kemudian beliau berkata; “Saya bawakan nama mereka satu persatu sebagai nasihat bagi agama Allah, Allah Maha Tahu akan hal ini dan karena kasihan kepada ummat Islam yang lemah agar mereka berhati-hati. Mereka ini lebih buruk dari kaum filsuf yang mendustakan Allah dan rasul-rasul Nya. Mereka berpendapat bahwa ala mini qadim (seperti Allah), mengingkari kebangkitan. Orang-orang jahil yang berafiliasi kepada tasawwuf banyak yang silau terhadap mereka sehingga mengagungkan mereka dan mengira mereka adalah hamba-hamba pilihan Allah.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *