Menurut KBBI inkonsisten berarti tidak taat asas; suka berubah-ubah atau mempunyai bagian-bagian yang tidak bersesuaian; bertentangan; kontradiktif dan tidak serasi; tidak sesuai; tidak cocok. (KBBI) Sedangkan dalam istilah agama inkonsisten bisa diartikan tidak istiqamah. Orang awam menjabarkan dengan tidak sinkron antara ucapan dan perbuatan.
Sikap inkonsisten atau tidak istiqamah bisa menyentuh banyak sisi kehidupan dari prinsip, ikatan-ikatan dan bahkan sikap beragama. Diantara contoh hilangnya sikap konsisten dalam beragama secara lebih luas seperti meninggalkan suatu perintah atau melanggar suatu larangan. Dan ini banyak dilakukan orang-orang yang kurang pengetahuan agamanya dari masyarakat awam. Adapun dari masyarakat pembelajar seperti ustadz atau da’i sikap inkonsisten muncul akibat kurang disiplin dalam menelaah suatu ilmu atau malas menganalisa karena merasa cukup atau ikut-ikutan.
Dibawah ini adalah beberapa contoh sikap inkonsisten dalam persoalan akidah dari orang-orang yang membaca, mempelajari dan mengajarkan risalah akidah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan merasa bermakmum kepadanya, namum bersamaan dengan itu ia juga membantahnya, tanpa sadar.
1- Dalam rukun syahadat dijelaskan bahwa laa ilaaha illallah terdiri dari 2 rukun; nafi dan itsbat. Yakni menafikan ibadah dari selain Allah dan menetapkan ibadah hanya untuk Allah semata tidak ada sekutu baginya. Dan bahwa orang yang hanya mendatangkan salah satunya saja nafi atau itsbat bukan seorang muslim sampai ia mendatangkan keduanya. Kemudian datang orang-orang yang mengaku bermakmum kepada dakwah tauhid mengatakan orang yang beribadah kepada Allah dan beribadah kepada selain-Nya sah syahadatnya apabila jahil.
2- Dalam syarat-syarat laa ilaaha illallah dijelaskan syarat pertama adalah ilmu yakni memahami makna laa ilaaha illallah dengan benar nafi dan itsbat-nya. Kemudian datang orang-orang yang mengaku bermakmum kepada dakwah tauhid mengatakan orang yang tidak memahami laa ilaaha illallah dengan melakukan kesyirikan besar karena bodoh, tidak memiliki ilmunya sah syahadat-nya.
3- Dalam kitab Al Ushul Ats-Tsalatsah Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab menerangkan bahwa wajib atas setiap muslim laki-laki dan perempuan mempelajari empat persoalan, yang pertama; ilmu. Kemudian beliau menjelaskan arti ilmu yaitu mengenal Allah, mengenal nabi-Nya dan mengenal agama Islam beserta dalil-dalilnya. Kemudian datang orang-orang yang mengaku bermakmum kepada dakwah tauhid mengatakan bahwa orang yang melalukan kesyirikan besar karena jahil, tidak mengenal Allah dengan haknya yang terbesar yakni tauhid diberi udzur alias dimaafkan.
4- Dalam kitab Al Qawaid Al Arba’ Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab menjelaskan orang yang beribadah kepada selain Allah melakukan kesyirikan tauhidnya batal seperti orang yang orang yang bersuci kemudian berhadats. Kemudian datang orang-orang yang mengaku bermakmum kepada dakwah tauhid mengatakan orang yang melakukan kesyirikan besar karena jahil tauhidnya tidak batal.
5- Pada kaidah ke-empat dalam kitab yang sama Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab menjelaskan bahwa kesyirikan musyrikin sekarang lebih jelek daripada musyrikin dulu dengan dua sebab, kemudian beliau menyebutkannya. Lalu datang orang-orang yang mengaku bermakmum kepada dakwah tauhid mengatakan pelaku kesyirikan sekarang muslim apabila jahil berbeda dengan musyrikin dulu yang musyrik sekalipun mereka jahil.
6- Pada pembatal-pembatal keislaman para ulama menjelaskan bahwa kekufuran terjadi dengan sebab keyakinan, ucapan, perbuatan dan keraguan dan bahwa masing-masing sebab ini berdiri sendiri-sendiri. Barangsiapa meyakini keyakinan kufur batal Islamnya sekalipun ia tidak mengucapkan dan tidak melakukan. Barangsiapa mengucapkan ucapan kufur batal islamnya sekalipun dia tidak meyakini dan tidak melakukan dan tidak meragukan. Dan barangsiapa melakukan perbuatan kekufuran batal islamnya sekalipun dia tidak mengucapkan, tidak meyakini dan tidak meragukan. Dan barangsiapa yang ragu dengan kebenaran Islam batal islamnya sekalipun dia tidak mengucapkan dan tidak melakukan. Kemudian datanglah orang-orang yang mengaku bermakmum kepada dakwah tauhid mengatakan barangsiapa mengucapkan ucapan kufur, atau melakukan kekufuran islamnya tidak batal selagi hatinya masih meyakini kebenaran Islam dan selagi hatinya tidak kufur.
7- Dalam definisi iman para ulama Ahlussunnah menjelaskan bahwa iman adalah keyakinan dengan hati, ucapan dengan lisan dan perbuatan dengan anggota badan. Dan bahwa iman tidak sah sampai terkumpul ketiganya. Kemudian datanglah orang-orang yang mengaku bermakmum kepada dakwah tauhid mengatakan bahwa orang yang perbuatannya melakukan kesyirikan karena jahil pelakunya tidak kafir alias sah imannya. Mereka menjadikan hilangnya amalan perbuatan tidak mempengaruhi keimanan sama sekali.
8- Pada kitab Kasyf Syubuhat Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mengatakan; “Maka tidak ada sedikit pun kebaikan pada diri seseorang yang mana orang-orang kafir yang jahil lebih mengerti dari dia akan makna laa ilaaha illallah.” Kemudian datanglah orang-orang yang mengaku bermakmum kepada dakwah tauhid mengatakan orang yang mengaku muslim dan tidak paham makna laa ilaaha illallah seperti yang dipahami orang-orang kafir yang jahil lebih baik daripada mereka.