Kafir tapi Tidak Kafir?!

Pada penjelasannya terhadap kitab Kasyf Syubuhat Syaikh Shalih Fauzan Al Fauzan menerangkan akan pentingnya mempelajari tauhid dan bahwasanya seseorang bisa saja luput darinya perkara penting ini bagaimanapun kedudukan dia, sebagaimana luputnya perkara ini dari pengikut Musa Alaihissalam. Beliau merujuk kepada kisah para pengikut Musa yang minta kepada Musa untuk dibuatkan untuk mereka ilah seperti yang dimiliki oleh orang-orang yang sedang beri’tikaf dihadapan sesembahan-sesembahan mereka.

Kemudian beliau berkata:

وهذا يدل على بطلان قول من يقول: إن من قال كلمة الكفر أو عمل الكفر لا يكفر حتى يعتقد بقلبه ما يقول ويفعل. ومن يقول: إن الجاهل يعذر مطلقا ولو كان بإمكانه أن يسأل ويتعلم، وهي مقالة ظهرت ممن ينتسبون إلى العلم والحديث في هذا الزمان

[Dan ini menunjukkan akan batilnya pendapat yang mengatakan: barangsiapa mengucapkan kalimat kufur atau mengerjakannya, tidak menjadi kafir sampai dia meyakini dengan hatinya apa yang dia ucapkan atau lakukan. Dan orang yang mengatakan: bahwa orang jahil diberi uzur secara mutlak walaupun mungkin baginya bertanya dan mencari tahu. Dan ini adalah pemikiran yang muncul dari orang-orang yang menisbatkan dirinya kepada ilmu dan hadits di zaman sekarang.]

Sumber: Syarh Kasyf Syubuhat hal 55 , Syaikh Shalih Fauzan Al Fauzan

Dan pada kesempatan lainnya beliau juga sempat ditanya tentang pertanyaan serupa, salah satunya tentang ungkapan yang populer ditengah penuntut ilmu yaitu ucapan: Perbuatannya kufur namun pelakunya tidak kafir. Berikut ini redaksi pertanyaan dan terjemahannya;

Pertanyaan pertama diterbitkan tanggal 21 Jun 2014: 

السؤال: هل هذه العبارة صحيحة: كل من وقع في ناقض من نواقض الإسلام لا نحكم على الشخص بعينه،

فلا نقول: أنت كافر، بل نحكم على عمله أو قوله بأنه كفر.
الجواب: هذا قول المرجئة، ترددون علينا كلام المرجئة، هذا كلام المرجئة، بل نطبق عليه الحكم بموجب ما فعل أو قال و ما لنا إلا الظاهر، ما نبحث عن غير الظاهر، فمن فعل الكفر كفرناه، من فعل الشرك اعتبرناه مشركا، ما لنا إلا الظاهر، أما القلوب فلا يعلم ما فيها إلا الله سبحانه و تعالى.
طيب، إذا صار أنه يدعو غير الله و يعبد القبور و الأضرحة ثم مات، هل تغسله أنت؟! تصلي عليه و هو مشرك؟! هل تدفنه في مقابر المسلمين و هو مشرك؟! أنت ما لك إلا الظاهر، تحكم بالأمر الظاهر، إلا إذا كان جاهلا ما يدري و مثله يجهل هذا الشيء تعذره بالجهل، أما أن تقول: نعتبر هذا كفر و لكن صاحبه ما هو بكافر، كيف يفعل الكفر و ما هو بكافر؟؟!! كيف يقول كلمة الكفر و ما يكون كافرا؟؟!! نعم.

السائل: يقول: و على المعين، هل يلزم شروط التكفير و وجودها؟

الشيخ: المعين و غير المعين، إنما لنا الظاهر يا إخوة، ما لنا إلا الظاهر، نحكم على الناس بما يظهر عليهم، أما البواطن و القلوب فلا يعلمها إلا الله سبحانه و تعالى.

شرح نواقض الإسلام [18-8-1435هـ[

https://www.youtube.com/watch?v=QEi41IyHm1w

 

Pertanyaan: Apakah ungkapan ini benar? “Siapa saja yang terjatuh kepada salah satu dari pembatal-pembatal keislaman kita tidak menilai pelakunya secara ta’yin (tunjuk hidung). Kita tidak katakana; Kamu kafir, melainkan kita menilai perbuatannya atau ucapannya sebagai kekufuran.”

Jawab: Ini ucapan Murji’ah! Kalian ulang-ulang kepada kami ucapan Murji’ah?! Ini ucapan Murji’ah! Bahkan kami menerapkan atasnya hukum dengan sekedar perbuatan atau ucapannya. Tidak ada urusan bagi kami selain yang tampak, kami tidak mencari selain yang tampak.

Barangsiapa melakukan kekufuran kami nilai kafir, barangsiapa melakukan kesyirikan kami nilai sebagai musyrik. Tidak ada urusan kami selain yang tampak. Adapun urusan hati, tidak ada yang mengetahui isi hati selain Allah Ta’aala.

Baiklah, apabila dia menyeru selain Allah dan beribadah kepada kubur dan pusara, kemudian wafat apa kamu tetap mandikan dia?! Kamu shalati dia padahal dia musyrik?! Apakah kamu akan kubur dia di pekuburan muslimin sedangkan dia musyrik?! Tidak ada urusanmu selain yang tampak, kamu menilai sesuai yang tampak. Kecuali kalau dia jahil tidak tahu, dan orang seperti dia tidak mengetahui perkara ini, kamu beri dia udzur karena kejahilannya. Adapun kamu bilang; Ini kekufuran tapi pelakunya tidak kafir, gimana melakukan kekufuran tapi tidak kafir?! Bagaimana mengucapkan kalimat kekafiran tapi tidak kafir?!

Penanya: Atas mu’ayyan (person/pelaku) apakah harus terpenuhi syarat-syarat takfir?

Jawab: Atas mu’ayyan atau bukan, cukup bagi kita yang tampak wahai ikhwah, tidak ada urusan kita selain yang tampak. Kita menilai orang sesuai yang tampak darinya. Adapun batin dan hati orang tidak ada yang mengetahuinya selain Allah Ta’aala.

 

Pertanyaan kedua diterbitkan tanggal 21 Jun 2014

 

السؤال: هل اعتقاد كفر عباد القبور بأعيانهم خاص بالعلماء أم أنه واجب كذلك على العوام؟

الجواب: كل من عبد غير الله من العلماء و من العوام و من الحضر و البدو فإنه مشرك، كونك تعذره و تقول: هذا جاهل، هذا الله أعلم، الجهل له حدود، وين يعيش هذا؟ هو يعيش في بلاد بعيدة عن الإسلام و لا يعرف شيئا فهذا جاهل، لكن الذي يعيش مع المسلمين و يحضر في المساجد و يسمع القرآن و يسمع الأحاديث و يسمع الدروس، إلى متى الجهل؟؟!!
يوم القيامة يزول جهله؟؟!!لا يصلح هذا، التماس الأعذار و تسهيل الأمور على الناس بهذه الطريقة، هذا أمر لا يجوز، و هذا مذهب المرجئة.مذهب المرجئة يطل علينا الآن على أيدي أناس من أبنائنا، فعلينا أن نحذر من هذا.

 

[شرح نواقض الإسلام 18-8-1435هـ]

https://www.youtube.com/watch?v=6Dj15iqldhU

 

Pertanyaan: Apakah meyakini kafirnya penyembah kubur secara ta’yin (tunjuk hidung) khusus bagi ulama atau perkara ini wajib juga atas orang awam?

Jawab: Siapa saja yang beribadah kepada selain Allah dari ulama, atau orang awam, apakah dia orang kota atau orang kampung maka dia musyrik. Kondisi kamu memberi udzur kepadanya dan kamu bilang: “Orang ini jahil” Wallahua’lam kejahilan ada batasan-batasannya. Orang ini tinggal dimana? Dia tinggal di negeri jauh dari Islam, tidak mengenal apa pun (tentang Islam), orang ini jahil. Tapi orang yang tinggal bersama muslimin, datang ke masjid-masjid, mendengar Al Qur’an, hadits-hadits, mendengar pelajaran-pelajaran, sampai kapan kejahilan??!! Sampai hari kiamat baru hilang kejahilan??!! Ini tidak benar. Mencari-cari udzur dan meremehkan perkara-perkara (kesyirikan) kepada orang-orang dengan cara seperti ini tidak dibenarkan. Ini madzhab Murji’ah. Madzhab Murji’ah menghampiri kita sekarang melalui orang-orang dari anak-anak didik kita. Wajib bagi kita berhati-hati dari perkara ini. -selesai.

Catatan:

Bahkan jauh-jauh hari sebelum ini Asy-Syaikh Al ‘Allamah Ishaq bin Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh telah mengatakan dalam risalahnya ; [Telah sampai kepada kami dan kami telah mendengarnya dari sekelompok orang yang mengaku berilmu dan beragama dan menganggap bahwa mereka bermakmum kepada Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, bahwa barangsiapa melakukan kesyirikan kepada Allah dan beribadah kepada berhala tidak dikatakan kafir dan musyrik secara ta’yin (tunjuk hidung)…] Hukum Takfir Mu’ayyan, Ishaq bin Abdurrahman Alu Syaikh, hal 169 dari kitab Aqidah Al Muwahhidin.

Wallahua’lam

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *