Kedudukan “Maqam Mahmud” dalam Tafsir Mujahid

Mujahid berkata menafsirkan arti al maqam al mahmud yang terdapat pada surat Al Israa’ ayat 79; “Semoga Rab-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji (al maqam al mahmud)” yakni; “Allah mendudukkannya (Muhammad) bersamanya di atas arsy-Nya”

Atsar ini dibawakan oleh At-Thabari dalam tafsirnya dengan sanadnya. Ia berkata; Abbad bin Ya’qub Al Asadi mengabarkan kepada kami, ia berkata; Ibnu Fudhail mengabarkan kepada kami dari Laits dari Mujadid tentang firman Allah “Semoga Rab-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji (al maqam al mahmud)”. Mujahid berkata; Allah mendudukkannya bersamanya di atas arsy-Nya.

Adz-Dzahabi juga meriwayatkan atsar yang sama dalam kitabnya Al Uluw, tahqiq Abdullah Al Barrak dari Ibnu Abbas (no. 329) dan Ibnu Mas’ud (no. 202-203)tapi semua sanadnya lemah. Dzahabi berkata; Dalam hal ini yang populer adalah dari perkataan Mujahid.

Pandangan At-Thabari & Adz-Dzahabi

At-Thabari;

Setelah membawakan riwayat-riwayat yang shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan perkataan para shahabat & tabi’inyang menafsirkan bahwa al maqam al mahmud adalah syafaat At-Thabari berkata;

“Sekalipun pendapat yang benar tentang tafsir firman Allah “Semoga Rab-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji (al maqam al mahmud)” adalah sebagaimana yang telah kami riwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para shahabat dan tabi’in, tapi apa yang dikatakan oleh Mujahid bahwa (artinya) adalah Allah mendudukkan Muhammad di atas arsy-Nya adalah tafsiran yang keabsahannya tidak bisa ditolak…dstnya.

Ia juga berkata: Tidak ada dari firqah ummat Islam yang mengingkari ini, tidak oleh firqah yang mengakui Allah di atas arsy, tidak pula firqah yang mengingkarinya.

Adz-Dzahabi;

Setelah membawakan riwayat Al Marwazi dari Ibnu Mus’ab tentang tafsir al maqam al mahmud yang mengatakan; “Iya, Allah mendudukkannya (Muhammad) bersamanya di atas arsy” Adz-Dzahabi berkata; “Demikianlah Abu Bakr Al Marwazi kawan Al Imam Ahmad meriwayatkannya. Ia (Al Marwazi) adalah orang paling mulia yang belajar fiqh kepadanya (Ahmad). Ia menulis kitab ini sebanyak 270 (halaman) saat sebagian Jahmiyah mengingkari bahwa Allah mendudukkan Muhammad di atas arsy. Marwazi mencari fatwa dari ulama di zamannya seputar hal ini. Al Arsy (2/213/no. 188) tahqiq; Muhammad Khalifah At-Tamimi.

Kemudian ia (Adz-Dzahabi) berkata; Riwayat ini benar dari Mujahid. Yang meriwayatkan hadits ini dari Mujahid; Laits bin Abi Sulaim, Atha’ bin As-Sa’ib, Jabir bin Yazid, Abu Yahya Al Qattat dan selain mereka. Sedangkan yang meriwayatkan hadits ini dari Laits; Muhammad bin Fudhail, Abdullah bin Idris Al Audi.

Hadits ini masyhur dari Muhammad bin Fudhail dari Laits, maka Abu Bakr bin Abi Syaibah dan saudaranya yakni Utsman meriwayatkannya, mereka berdua juga menyampaikan hadits ini di hadapan segenap manusia di Baghdad. Lalu Adz-Dzahabi menyebutkan nama-nama ulama yang meriwayatkan hadits ini dari Laits satu persatu.

Kemudian Dzahabi berkata; Diantara ulama yang memfatwakan Marwazi bahwa perkataan ini (tafsir Mujahid) diterima sebagaimana ia datang dan tidak dipertentangkan; Abu Daud penulis As-Sunan, Abdullah bin Al Imam Ahmad, Ibrahim Al Harbi, Yahya bin Abi Thalib, Abu Jafar Ad-Daqiqi, Muhammad bin Ismail As-Sulami At-Tirmidzi, Abbas bin Muhammad Ad-Duri, Muhammad bin Bisyr bin Syarik bin Abdullah An-Nakha’i.

Abdullah bin Al Imam Ahmad berkata setelah membawakan hadits Mujahid;

“Aku mengingkari siapa saja yang menolak hadits ini. Bagiku dia orang yang jelek. Tertuduh mendustakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Aku mendengar hadits ini dari banyak orang tapi aku tidak dapati seorang pun muhaddits yang mengingkarinya. Ketika itu kami ada waktu, tapi kami tidak mendengarnya dari guru-guru kami selain bahwa yang mengingkarinya hanyalah Jahmiyah.” Al Arsy (2/220/no. 190)

Al Marwazi mengatakan; Ibrahim bin Arafah mengabarkan kepada kami bahwa; Aku mendengar Aba Umair berkata; Aku mendengar Ahmad bin Hambal berkata saat ditanya tentang hadits Mujahid; “Allah mendudukkan Muhammad di atas Arsy”; “Hadits ini telah diterima ummat dengan penuh kelapangan”

Abu Daud berkata; Aku tidak mengira ada seseorang yang dikenal Ahlussunnah meragukan hadits ini, selain yang kami tahu bahwa Jahmiyah lah yang mengingkarinya.

Muhammad bin Imran Al Farisi berkata setelah membawakan hadits Mujahid; Sampai berita kepadaku bahwa orang-orang jahil mengingkarinya. Maka aku lihat kepada pengingkarannya. Apabila sasaran pengingkarannya adalah Mujahid sebenarnya tujuannya adalah Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma. Tapi kalau Ibnu Abbas sasarannya, sebenarnya tujuannya adalah mengingkari ucapan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *