Hidup di akhir zaman memang tidaklah mudah. berbagai kelompok bermunculan untuk menyesatkan umat dengan mengaku sebagai pengikut ajaran Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun, berapapun banyaknya mereka, beragamnya warna mereka, sebenarnya mereka semua memiliki pendahulu-pendahulu yang mereka ikuti di awal masa Islam.
Alhamdulilllah, generasi awal umat ini, yaitu generasi Salafush shalih telah berhadapan dengan mereka, mematahkan argumen-argumen mereka, dan mengingatkan umat dari bahaya mereka dengan lisan dan tulisan.
Diantara kelompok yang paling berbahaya, paling dibenci oleh salafush shalih, dan masih memiliki penerus hingga sekarang dengan berbagai istilahnya, adalah kelompok Jahmiyah.
Jahmiyah adalah kelompok yang disandarkan kepada seseorang yang bernama Jahm bin Shofwan. Mereka memiliki pemahaman yang sesat, meraka menganut pemahaman Ta’thil yaitu menganggap bahwa Allah tidak memiliki sifat. Sehingga menurut mereka Allah tidak diatas, tidak bisa berbicara, tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat dan masih banyak lagi kesesatannya yang lain.
Dalam hadits, Nabi telah mengabarkan bahwasanya umat Islam akan terpecah menjadi banyak golongan, Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam, bersabda: “Yahudi terpecah menjadi 71 golongan dan Nasrani terpecah menjadi 72 golongan, dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan semuanya di neraka kecuali satu.” Kemudian para sahabat bertanya, “siapa mereka wahai Rasulullah?” Rasulullah pun menjawab “mereka adalah al-Jama’ah“.
Saking buruknya aqidah mereka, mereka ini dikeluarkan oleh para ulama dari 72 golongan tersebut dan tidak dianggap sebagai bagian dari umat Islam. Ibnu Mubarak berkata “Sumber kebid’ahan ada 4 yaitu: Syi’ah, Khowarij, Qodariyah dan Murjiah” lalu seseorang bertanya kepada Ibnu Mubarak, “adapun Jahmiyah?” Ibnu Mubarak menjawab: “mereka itu bukan umat Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam”
Sejarah mereka berawal ketika seseorang bernama Ja’ad bin Dirham mengatakan bahwa Allah tidak berbicara dengan Musa dan Allah tidak menjadikan Nabi Ibrahim sebagai kholil-Nya. Dia muncul pada akhir masa khilafah Bani Umayyah yaitu pada zaman Marwan bin Muhammad yang merupakan Kholifah terkahir Bani Umayyah. Dikisahkan, bahwasanya dia mengambil pemahaman ini dari seseorang yang bernama Bayan bin Sam’an. Dan Bayan mengambil pemahaman ini dari seseorang yang bernama Thalut, dan Thalut mengambil pemahaman ini dari pamannya yaitu Labid bin A’shom al-Yahudi yang dahulu pernah menyihir Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Akibat pemahamannya yang buruk, Ja’ad pun dipenggal oleh Al-Amir Kholid Al Qisri pada tahun 124 H di kota Wasith, Iraq setelah beliau berkhutbah di hari raya idul Adha. Namun sebelum dia terbunuh, pemahamannya diambil oleh Jahm bin Shafwan. Kemudian, Jahm-pun menambahkan berbagai kesesatan pada Aqidah ini dan menyebarkannya. Sehingga aqidah ini pun dikenal dengan nama Al-Jahmiyah. Maka dari sini kita mengetahui betapa buruknya aqidah Jahmiyah.
Pada akhirnya, Jahm bin Sofwan dibunuh oleh gubernur Khurosan pada tahun 128 H. Para ulama Salafush Shalih telah sepakat bahwasanya golongan Jahmiyah telah kafir dan keluar dari islam. Ibnu Qayyim menyebutkan bahwa lebih dari 500 ulama telah mengkafirkan Jahmiyah.
Diantara aqidah Jahmiyah adalah:
- Meyakini bahwasanya Allah tidak bisa berbicara dan bahwasanya Allah tidak menjadikan Nabi Ibrahim sebagai kholil-Nya. Jelas, anggapan mereka ini bertentangan dengan ayat Al-Quran. Imam Ahmad berkata “barang siapa yang mengatakan bahwasanya Allah tidak bisa berbicara maka ia kafir”.
- Meyakini bahwa Al Qur’an adalah makhluk. Imam Malik ditanya, “apa yang kamu katakan mengenai seseorang yang mengatakan bahwa Al Qur’an itu makhluk?”, Imam Malik-pun menjawab “Dia zindiq (munafik), kafir, bunuhlah dia”.
- Meyakini bahwa Allah tidak memiliki sifat apa pun kecuali ada, sehingga menurut mereka Allah tidak bisa melihat, mendengar, berbicara, tidak hidup, tidak memiliki ilmu dan kekuatan. Bahkan mereka menganggap bahwa barang siapa yang menetapkan sifat bagi Allah maka dia telah menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya.
- Meyakini bahwa Allah tidak berada di ketinggian dan tidak ber-istiwa diatas arsy, dan meyakini bahwasanya Allah ada dimana-mana. Berkata Sa’id bin ‘Amir “Ucapan jahmiyah lebih buruk dari pada yahudi dan nasrani. Sungguh yahudi, nasrani dan para penganut agama meyakini bahwa Allah berada diatas arsy, sedangkan mereka mengatakan tidak ada sesuatu apapun diatas arsy.”
- Meyakini bahwa iman hanyalah ma’rifah (mengenal dalam hati). Imam Waqi’ berkata: “Jahmiyah mengatakan iman adalah ma’rifah dengan hati. Maka barang siapa mengatakan bahwasanya iman hanya ma’rifah dengan hati, maka dia diperintahkan untuk bertaubat. Jika dia bertaubat maka dibebaskan, kalau tidak maka dipenggal lehernya.”
- Meyakini bahwa Allah tidak bisa dilihat di akhirat. imam Ahmad berkata “Barang siapa yang menganggap bahwasanya Allah tidak bisa dilihat sama sekali, maka ia kafir.”
- Dan masih banyak lagi dari keyakinan-keyakinan sesat yang dibuat dan diyakini oleh Jahmiyah.
Barangsiapa yang meyakini salah satu dari aqidah Jahmiyah ini, maka ia termasuk ke dalam golongan Jahmiyah dan keluar dari islam sehingga tidak sah sholat bermakmum dengannya, tidak boleh diberi salam, dan jika ia mati tidak boleh disholatkan.
Berkata Al Qosim bin Sallam: “Sama saja bagiku aku sholat dibelakang Jahmiyah dan Rofidhoh atau aku sholat dibelakang Yahudi dan Nasrani”.
Keyakinan Jahmiyah ini pun senantiasa memiliki penerus hingga zaman kita sekarang. Bahkan sebagian mereka menyamar dibalik nama Ahlussunnah wal Jama’ah. maka Berhati-hatilah.. jangan sampai tertipu dengan nama dan istilah-istilah yang mereka gunakan..
Semoga Allah menjaga kita semua dari keburukan mereka..