Allah Ta’aala mengutus Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di masa kekosongan para rasul (fatrah). Beliau diutus ke tengah kaum yang melakukan kesyirikan, beribadah kepada selain Allah, meninggalkan ajaran Ibrahim Alaihissalam, ajaran tauhid yang murnikecuali segelintir saja dari orang-orang yang disebut hunafa’ seperti Zaid bin Nufail, ‘Amr bin Abasah, Waraqah bin Naufal dan selain mereka.
Mayoritas manusia kala itu beribadah kepada malaikat, nabi dan orang-orang shalih yang mereka buat patungnya sebagai sarana dalam mendekatkan diri kepada Allah Ta’aala seperti yang Allah sebutkan pada banyak ayat.[1]Sementara sebagian lainnya menjadikan matahari, bulan, bintang, pohon dan batu sebagai wasilah/sarana dalam beribadah kepada Allah Ta’aala.[2]
Semua ibadah itu mereka lakukan demi meraih keridha’an Allah dan kecintaan-Nya. Mereka menyangka bahwa Allah mensyariatkan ibadah-ibadah itu dan mencintainya dan mengira itulah agama yang diajarkan secara turun temurun oleh bapak moyang mereka dari Ismail putra Ibrahim Alaihissalam sebagaimana hal ini terucap pada alasan mereka saat menolak ajakan kepada tauhid “Kami dapati bapak kami berada di atas satu ajaran dan sesungguhnya kami diatas ajaran mereka saja kami ikut.”Di saat lapang mereka menyeru selain Allah, dan di saat susah mereka hanya menyeru Allah semata dan melupakan sesembahan-sesembahan lainnya sebagaimana yang diceritakan di dalam Al Qur’an.
إِنَّهُمُ اتَّخَذُوا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ مِن دُونِ اللَّهِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُم مُّهْتَدُونَ
“Sesungguhnya mereka menjadikan syaitan-syaitan pelindung (mereka) selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk.” (Qs. Al A’raf: 30)
Dan juga firman-Nya;
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُم بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًاالَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
“Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya, Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (Qs. Al Kahfi; 103-105)
Bahkan lebih jauh lagi mereka tidak merasa telah melakukan kesyirikan,
ثُمَّ لَمْ تَكُن فِتْنَتُهُمْ إِلَّا أَن قَالُوا وَاللَّهِ رَبِّنَا مَا كُنَّا مُشْرِكِينَ
“Kemudian tiadalah fitnah mereka, kecuali mengatakan: “Demi Allah, Rabb kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah”. (Qs. Al An’am: 23)
Kemudian disamping kesyirikan ini, mereka masih melestarikan sisa-sisa ajaran Ibrahim Alaihissalam sepertiHaji, thawaf, talbiyah, menyembelih sembelihan, nazar dan sedekah. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang selalu mengingat Allah Ta’aala, berdzikir menyebut-nyebut nama-Nya, mengagungkan dan mencintai-Nya.
Inilah potret keagamaan orang-orang musyrik saat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam diutus dan profil kondisi spiritualitas mereka yang Allah ceritakan di dalam banyak firman-Nya.
Kemudian Allah Ta’aala menerangkan bahwa orang-orang musyrik dahulu jatuh kepada kesyirikan melalui pintu syafaat dan tawassul. Syafaat artinya minta kebaikan untuk orang lain. Sedangkan tawassul adalah perbuatan yang dilakukan dalam mendekatkan diri kepada orang lain. Orang-orang musyrik dahulu meyakini bahwa para malaikat, nabi, wali dan shalihin adalah hamba-hamba pilihan Allah yang mejadi perantara antara mereka dengan Allah dalam meraih hajat dan keperluan mereka dari Allah dan sekaligus pintu dalam mendekatkan diri-diri mereka kepada-Nya. Karena alasan ini mereka beribadah kepada hamba-hamba pilihan tersebut disamping Allah, sebagai wasilah (tawassul) dan minta syafaat mereka di sisi Allah. Allah Ta’aala berfirman menerangkan hal ini pada dua ayat-Nya yang muhkam;
وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَٰؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِندَ اللَّهِ ۚ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfa’atan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah”. Katakanlah: “Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di langit dan tidak (pula) di bumi.” Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu).” (Qs. Yunus: 18)
Dan Allah Ta’aala berfirman;
أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ ۚ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ
“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”.Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya.Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (Qs. Az-Zumar: 3)
Sehingga bisa kita simpulkan;
1- Musyrikun dahulu mengakui bahwa pencipta, pemilik dan pengatur bagi alam semesta ini adalah Allah semata satu-satunya, sebagaimana yang terdapat pada firman-Nya;
ولئن سألتهم من خلقهم ليقولن الله
“Jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang musyrikin); Siapakah yang menciptakan kalian. Pasti mereka akan menjawab: Allah.”
2- Musyrikin dahulu beribadah kepada selain Allah disamping Allah. Yakni disamping peribadahan mereka kepada selain Allah, mereka juga beribadah kepada Allah.
3- Peribadahan musyrikin kepada selain Allah karena bagi mereka sesembahan-sesembahan itu bisa memberikan syafaat bagi mereka di sisi Allah. Atau dengan kata lain musyrikin meyakini sesembahan-sesembahan itu sebagai perantara bagi mereka dalam beribadah kepada Allah.
Jika kita perhatikan hal ini jelaslah bahwa agama musyrikin adalah memberikan ibadah kepada selain Allah sebagai perantara dalam beribadah kepada Allah. Disamping itu hal ini juga mengkonfirmasi sebab yang menjadikan mereka musyrik kafir. Allah berfirman pada kelanjutan surat Yunus ayat 18 di atas;
قل أتنبؤون الله ما لا يعلم في السموات والأرض سبحانه وتعالى عما يشركون
“Katakanlah apa kamu ingin memberitahu Allah sesuatu yang Dia saja tidak mengetahui di langit dan di bumi (bahwa dia memiliki perantara). Maha suci Allah dari apa yang mereka sekutukan.”
Maka perkara-perkara yang disepakati Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dari musyrikin sebagai berikut;
1- Keyakinan mereka bahwa Allah sebagai satu-satunya pencipta alam semesta, pemiliknya dan pemeliharanya.
2- Musyrikin beribadah kepada Allah Ta’aala
3- Musyrikin mencintai Allah Ta’aala
4- Musyrikin memuliakan ajaran Islam yang mereka kenal sebagai peninggalan leluhur mereka Ibrahim Alaihis salam yang diwariskan kepada Ismail Alaihissalam secara turun temurun
5- Musyrikin memuliakan akhlak yang terpuji dan mencela perilaku yang tercela.
Tidak satu pun dari poin-poin di atas ini yang diingkari oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Beliautidak menyelisihi mereka terkait keyakinan mereka kepada Allah selain bahwa mereka beribadah kepada selain Allah disamping ibadah mereka kepada Allah. Kemudian ibadah mereka kepada selain Allah yang diselisihi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ini tidak dilakukan kecuali dalam rangka mengharap syafaat dan mendekatkan diri kepada Allah Ta’aala.
Allah Ta’aala berfirman menerangkan hal ini pada dua ayat-Nya yang muhkam; Az-Zumar ayat 3 dan Yunus ayat 18.
“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfa’atan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah”. Katakanlah: “Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di langit dan tidak (pula) di bumi.” Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu).” (Qs. Yunus: 18)
Dan Allah Ta’aala berfirman;
أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ ۚ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ
“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”.Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya.Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (Qs. Az-Zumar: 3)
Penjelasan para ulama tafsir tentang kedua ayat ini pada bab berikutnya. [Penjelasan Az-Zumar 3 dan Yunus 18]
Al Mukhalafat fit-Tauhid, Jafar Salih
[1] Lihat Al Isra’ ayat 57, Az-Zumar ayat 3 dan Yunus ayat 18
[2] Lihat Saba’ ayat 40-41 dan Fushilat; 37