وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَٰؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِندَ اللَّهِ ۚ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfa’atan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah”. Katakanlah: “Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di langit dan tidak (pula) di bumi.” Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu).” (Qs. Yunus: 18)
Dan Allah Ta’aala berfirman;
أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ ۚ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ
“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”.Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya.Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (Qs. Az-Zumar: 3)
Berikut ini adalah penjelasan para ulama mufassirin (ahli tafsir) selama berabad-abad lamanya;
1- Abad ke-4. Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah (w. 310 H) menjelaskan surat Az-Zumar ayat ke 3 diatas dengan keterangan yang panjang dan telah kami ringkas sebagai berikut;
“Kemudian Allah mengabarkan tentang orang-orang musyrik yang beribadah kepada berhala, bahwa mereka berkata; “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”.
Yakni yang melandasi peribadatan mereka kepada berhala-berhala itu, mereka beribadah kepada berhala dalam bentuk malaikat yang mereka yakini dekat (kedudukannya dengan Allah -peny). Mereka beribadah kepada berhala-berhala itu dengan asumsi berhala-berhala itu adalah perwujudan dari malaikat-malaikat, dengan maksud agar malaikat itu memberikan kepada mereka syafa’at disisi Allah, (agar Allah -peny) menolong mereka, memberi rezeki kepada mereka dan perkara-perkara lainnya dari urusan dunia…”
Lalu beliau mengutip perkataan Qatadah, As-Suddi, dan Malik dari Zaid bin Aslam dan Ibnu Zaid dari ulama salaf yang berkata tentang firman-Nya; “…melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya” :yakni agar mereka memberi syafaat kepada kami dan mendekatkan kedudukan kami disisi Allah…”
2- Abad ke-6. Al Baghawi Husain bin Mas’ud (w. 516 H) –semoga Allah merahmatinya- dalam tafsirnya Ma’alim Tanzil berkata tentang surat Az-Zumar ayat 3;
“Qatadah berkata, “Apabila dikatakan kepada mereka “Siapakah rab kalian, siapakah pencipta kalian, siapakah pencipta langit dan bumi?” Mereka menjawab; Allah. Maka ketika mereka ditanya, “Lalu apa arti peribadahan kalian kepada berhala-berhala itu?” Mereka berkata, “Agar mereka mendekatkan diri-diri kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya dan agar mereka memberi kami syafaat disisi Allah…”
3- Abad ke-8. Ibnu Katsir rahimahullah (w. 774 H)berkata di dalam Tafsir-nya menafsirkan surat Yunus ayat 18 diatas,
“Allah Ta’aala mengingkari orang-orang musyrik yang beribadah kepada selain-Nya disamping Allah karena menyangka bahwa syafaat berhala-berhala itu berguna bagi mereka di sisi Allah.”
4- Abad ke-10. As-Suyuthi (w. 911 H) dalam Ad-Durr Al Mantsur (12/632-633) berkata tentang surat Az-Zumar ayat 3;
“Dan orang-orang yang mengambil selain Allah sebagai penolong-penolong (berkata), kami tidak beribadah kepada mereka melainkan agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” (Qs. Az-Zumar; 3) kata Qatadah, “Kami tidak beribadah kepada ilah-ilah ini kecuali agar mereka memberikan syafaat kepada kami disisi Allah.”
Lalu As-Suyuthi membawakan riwayat dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma tentang ayat ini yang mengatakan; “Ayat ini turun berkenaan tiga kawasan; Amir, Kinanah dan Bani Salimah. Dahulu mereka beribadah kepada berhala-berhala dan mengatakan para malaikat adalah anak-anak perempuan Allah. Mereka juga mengatakan kami beribadah kepada mereka agar mereka mendekatkan diri-diri kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.
5- Abad ke-13. Asy-Syaukani Muhammad bin Ali (w. 1250 H) dalam Fathul Qadir (2/556-557) berkata tentang surat Yunus ayat 18;
“Mereka (orang-orang musyrik) menyangka bahwa sesembahan-sesembahan mereka itu memberikan syafaat kepada mereka disisi Allah sehingga Allah tiada mengazab mereka diakibatkan dosa.”
Berdasarkan keterangan para imam ahli tafsir terhadap kedua ayat di atas jelaslah bahwa asal-usul kesyirikan musyrikin dahulu adalah dari jenis syafaat dan tawassul yang syirik.
Penulis kitab tafsir Adhwa’ Al Bayan fi Iydhah Al Qur’an bil Qur’an Al ‘Allamah Muhammad Al Amin bin Muhammad Al Mukhtar Asy-Syinqithi rahimahullah (w. 1393) setelah menerangkan makna wasilah yang terdapat pada Al Maidah ayat 35 berkata;
Berdasarkan keterangan ini pembaca mengetahui bahwa apa yang dianggap oleh banyak dari kaum mulhid para pengikut orang-orang jahil yang mengaku-aku meniti jalan tasawwuf bahwa yang dimaksud dengan wasilah pada ayat ini adalah syaikh (orang shalih -pentj) yang menjadi perantara antara dia dengan Rab-nya, hal ini adalah ketergelinciran ke dalam kejahilan dan kebutaan serta kesesatan yang terang dan bentuk mempermainkan kitabullah Ta’aala. Dan mengambil perantara-perantara selain Allah adalah diantara pokok-pokok kekufuran orang-orang kafir sebagaimana Allah terangkan dalam firman-Nya tentang mereka. Kemudian beliau mengutip ayat ke-3 surat Az-Zumar dan ayat 18 surat Yunus.
Bab berikutnya [Perbuatan Orang-orang di Kuburan Shalihin adalah Perbuatan Musyrikin Arab Dahulu]
Al Mukhalafat fit-Tauhid, Jafar Salih