Kewajiban Pemimpin
Ibnu Taimiyah رحمه الله berkata:
Para pemimpin adalah orang yang paling memiliki kewajiban untuk menolong agama Rasul dan apa yang dibawanya berupa petunjuk dan agama yang hak, dengan cara mengingkari (perbuatan) yang dilarang oleh Allah, dan apa yang dinisbatkan kepadaNya secara batil, berupa kedustaan, dan perkara-perkara bid’ah , bisa jadi disebabkan karena kebodohan yang menukilnya, ataupun karena kesengajaan, sesungguhnya amar makruf nahi munkar merupakan asas agama ini, dan inti dari perkara makruf adalah tauhid, dan sumber segala kemungkaran adalah syirik.
Sungguh Allah telah mengutus Muhammad صلى الله عليه وسلم dengan petunjuk dan agama yang hak, yang dengannya Allah membedakan antara Tauhid dan syirik, hak dan batil , hidayah dan kesesatan, petunjuk dan penyimpangan serta antara yang baik dan yang buruk .
barang siapa yang ingin memerintahkan dengan apa yang Allah larang, dan melarang dari apa yang Allah perintahkan, dan dia hendak merubah syariat Allah, baik karna kebodohan ataupun karena ada kepentingan dan hawa nafsu, maka pemimpin memiliki tanggung jawab yang lebih untuk menangulanginya berdasarkan perintah Allah dan RasulNya.
dan dia memiliki tanggung jawab lebih untuk mendukung sepenuhnya apa dibawa oleh Rasul berupa petunjuk dan agama yang hak.
karena sengguhnya Allah ta’aala pasti akan menolong RasulNya dan orang-orang beriman di kehidupan dunia dan hari berdirinya para saksi.
maka barang siapa yang tercapainya kemenangan melalui tangannya maka itu merupakan kebahagian dunia dan akhirat , kalau tidak Allah akan memberikan kemenangan melalui tangan yang lain, dan Dia akan memberikan balasan kepada setiap kaum sesuai dengan amalnya, dan sekali-kali Tuhanmu tidak menzhalimi hambaNya.
Dan Allah telah berjanji bahwasanya agama ini akan senantiasa menang, dan tidak menang kecuali dengan kebenaran, dan barang siapa yang tidak mau menegakan kebenaran, Dia akan menggantinya dengan orang yang mau menegakan kebenaran,
Dia ta’aala berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَا لَكُمۡ إِذَا قِيلَ لَكُمُ ٱنفِرُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ ٱثَّاقَلۡتُمۡ إِلَى ٱلۡأَرۡضِۚ أَرَضِيتُم بِٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا مِنَ ٱلۡأٓخِرَةِۚ فَمَا مَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا فِي ٱلۡأٓخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ
” Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa apabila dikatakan kepada kamu, “Berangkatlah (untuk berperang) di jalan Allah,” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu lebih menyenangi kehidupan di dunia daripada kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. ”
(QS. At-Taubah :38)
إِلَّا تَنفِرُواْ يُعَذِّبۡكُمۡ عَذَابًا أَلِيمٗا وَيَسۡتَبۡدِلۡ قَوۡمًا غَيۡرَكُمۡ وَلَا تَضُرُّوهُ شَيۡـٔٗاۗ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٌ
” Jika kamu tidak berangkat (untuk berperang), niscaya Allah akan menghukum kamu dengan azab yang pedih dan menggantikan kamu dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan merugikan-Nya sedikit pun. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. “
(QS. At-Taubah: 39)
Dan firmanNya:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَن يَرۡتَدَّ مِنكُمۡ عَن دِينِهِۦ فَسَوۡفَ يَأۡتِي ٱللَّهُ بِقَوۡمٖ يُحِبُّهُمۡ وَيُحِبُّونَهُۥٓ أَذِلَّةٍ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى ٱلۡكَٰفِرِينَ يُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوۡمَةَ لَآئِمٖۚ ذَٰلِكَ فَضۡلُ ٱللَّهِ يُؤۡتِيهِ مَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ
” Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui. “
(QS. Al-Ma’idah: 54)
Dan sungguh Allah telah memperlihatkan kepada manusia atas apa yang ada pada diri mereka dan di ufuk atas apa yang mereka ketahui sebagai realisasi dari firmanNya:
سَنُرِيهِمۡ ءَايَٰتِنَا فِي ٱلۡأٓفَاقِ وَفِيٓ أَنفُسِهِمۡ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمۡ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّۗ أَوَلَمۡ يَكۡفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُۥ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ شَهِيدٌ
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? “
(QS. Fushilat: 53)
Alih bahasa: Aboo Jabal
sumber: Majmu fatawa ibnu Taimiyah jilid 27 hal.442-443