Pertanyaan 1: Apa arti kata “hamba”?
Jawab: Hamba, apabila yang dimaukan darinya mu’abbad artinya Al Mudzallal Al Musakhkhar (yang dihinakan dan diatur). Maka hamba dengan pengertian seperti ini mencakup semua makhluk, dari alam atas dan alam bawah, baik berakal atau tidak berakal, yang basah maupun kering, bergerak atau diam, tampak atau tersembunyi, beriman atau kafir, baik atau jahat dan lain sebagainya.
Semua adalah makhluk Allah Azza wa Jalla, berada dibawah kekuasaan-Nya, diatur dengan aturan-Nya, dikendalikan dengan kendali-Nya. Dan masing-masing mereka memiliki garis takdir yang tidak bisa mereka langkahi atau langgar. Semuanya berjalan sesuai ajal yang telah ditentukan, tidak bisa dilangkahi walaupun sekecil apa pun “Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui” dan pengaturan Yang Maha Adil lagi Bijaksana.
Dan apabila yang dimaksud dengan “hamba” adalah orang yang ibadah, yang mencintai (Allah), yang merendahkan (dirinya dihadapan Allah), maka ia khusus untuk orang yang beriman yang mana mereka ini adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan, dan wali-wali-Nya yang bertakwa, yang tidak ada ketakutan atas mereka dan mereka tidak bersedih hati.
Pertanyaan 2: Apakah ibadah itu?
Jawab: Ibadah adalah sebuah nama yang mencakup seluruh yang Allah cintai dan ridhai dari ucapan dan perbuatan yang lahir dan tersembunyi dan berlepasdiri dari semua yang bertentangan dengannya dan bersebrangan.
Pertanyaan 3: Kapankah suatu amalan disebut ibadah?
Jawab: Apabila telah terpenuhi dua perkara: Yaitu kecintaan yang sempurna yang disertai dengan kehinaan yang total. Allah Ta’aala berfirman: “Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah”. (Qs. 2:165)
Dan Allah Ta’aala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Rabb mereka,” (QS. 23:57)
Kedua perkara ini telah Allah Ta’aala gabung penyebutannya pada firman-Nya: “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami. (QS. 21:90)
Sumber: A’lamus Sunnah Al Manshurah, oleh Asy-Syaikh Hafidz bin Ahmad Al Hakami (w. 1377)