Bahaya paham Irja’ dan dampaknya kepada pribadi dan masyarakat

Akidah irja’ menyimpan bahaya bahwa ia meruntuhkan agama. Tidak ada yang mengeluarkan seseorang dari agamanya selagi dia mengucapkan Laa ilaaha Illallah. Dan tidak ada yang mengurangi keimanannya selagi dia membenarkan Allah!

Dengan sebab al irja’ kewajiban-kewajiban (al fara’id) ditelantarkan dan diabaikan. Menyebarlah kekufuran-kekufuran dan zandaqah (ketidakpedulian terhadap agama) dan perbuatan-perbuatan yang mengundang murka Allah, dosa-dosa besar dan kecil serta kebid’ahan-kebid’ahan. Dengan sebab al irja’ terlantarlah syi’ar-syi’ar jihad, amar ma’ruf nahi munkar dan penegakan hudud atau melemah. Dan ancaman Allah di akhirat diremehkan dan rasa takut kepada Allah di dalam dada meredup.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah telah mengingatkan bahwa dampak dari akidah al irja’ dan bahayanya terhadap akidah (Islamiyah) adalah lahirnya kerusakan terhadap gambaran yang benar tentang makna Islam yang dibawa para rasul. Dan diantara yang beliau ingatkan bahwa banyak dari orang-orang murji’ah tidak mengenal akidah Ahlussunnah wal Jama’ah sebagaimana yang seharusnya, atau mengenal sebagiannya dan jahil akan sebagian lainnya. Dan apa yang mereka kenal dari akidah tersebut seringkali tidak mereka jelaskan kepada manusia bahkan mereka sembunyikan. Mereka tidak melarang dari kebid’ahan-kebid’ahan yang melanggar Al Kitab dan As-Sunnah, dan tidak mencela ahlul bid’ah dan menghukum mereka. Bahkan seringkali mereka justru mencela pembicaraan tentang As-Sunnah dan pokok-pokok agama dengan celaan yang mutlak, tanpa membedakan antara persoalan yang telah ditunjukkan oleh Al Kitab, As-Sunnah dan Al Ijma’ dan apa yang dikatakan oleh ahlul bid’ah dan furqah. Atau mereka mengakui semuanya disisi mazhab-mazhab mereka yang beraneka ragam. Dan ini adalah metode yang menyimpang yang keluar dari bimbingan Al Kitab dan As-Sunnah.[1]

Diantara pengaruhnya juga bahwa kalimat Laa ilaaha Illallah dengan mendatangkan syarat-syaratnya, rukun-rukunnya adalah kalimat takwa dijadikan oleh murji’ah sebagai kalimat fujur, sebagaimana hal ini diingatkan oleh Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.[2]

Guru kami Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan hafidzahullah pernah ditanya; Apa pengaruh yang ditimbulkan oleh orang yang berpendapat bahwa iman adalah tasdiq (pembenaran) dan iqrar (pengakuan)? Beliau menjawab; Lahir darinya penelantaran amal, dan bahwa kemaksiatan tidak membahayakan dan mengurangi keimanan. Ini dampak yang ditimbulkan oleh al irja’ bahwa kemaksiatan tidak membahayakan seseorang sekalipun dia melakukan perbuatan-perbuatan (yang jelek –pentj). Tidak membahayakan selagi di dalam hatinya dia mengakui atau membenarkan.[3]

Dan diantara dampak al irja’ adalah mengeluarkan pelakunya dari mazhab salaf sehingga dia menjadi ahli bid’ah dan dinisbatkan kepada kebid’ahannya berupa al irja’.

Dan diantara dampaknya adalah menyebarnya perselisihan akidah diantara ummat, karena al irja’ muncul setelah ijma’. Maka al irja’ melanggar ijma’ dan menentang nas-nas. Maka semua yang menyelisihi ijma’ adalah sebab perpecahan dan perselisihan. Dan Allah Ta’aala telah berfirman; “…dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya.” (Qs. Al An’am: 153)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata di dalam Nuniyah;

Dan begitulah al irja’ selagi kamu mengakui Allah yang diibadahi jadilah kamu orang yang sempurna iman

Maka campakkan mushaf-mushaf ke tanah dan hancurkan baitil atiq (Ka’bah) dan bersungguhlah dalam maksiat

Bunuhlah selagi kau bisa semua muwahhid dan usaplah para pastor dan salib-salib

Celalah semua rasul dan siapa saja yang datang darinya terang-terangan jangan sembunyi-sembunyi

Dan apabila kamu lihat batu sujudlah kepadanya bahkan tersungkurlah dihadapan patung dan berhala

Dan akuilah bahwa Allah Jalla Jalaaluhu Dialah satu-satunya Rab bagi semesta

Akuilah bahwa rasul-Nya benar datang dari sisinya membawa wahyu dan Qur’an

Sehingga dengannya kamu jadi mukmin yang benar dan semua dosa atasmu bukan kekufuran

Inilah irja’ disisi kaum ekstremnya dari semua jahmi saudara setan


[1] Majmu’ Fatawa (12/467) (8/105) (20/111) dan Minhaj As-Sunnah (5/327)

[2] Ad-Durar As-Sanniyyah (1/175-182) dan (13/389)

[3] Lihat situs Asy-Syaikh http://www.alfawzan.af.org.sa/node/9529

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *