Pada penutup kitab Kasyf Syubuhat, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab menekankan akan banyaknya orang yang sudah paham kebenaran tauhid yang beliau bawa tapi tidak bersedia mengikutinya disebabkan alasan takut dan khawatir kehilangan dunia, pekerjaan, takut dituduh gak toleran dan lain sebagainya. Beliau berkata;
Tidak ada silang pendapat bahwa tauhid harus dengan hati, lisan dan perbuatan. Apabila tidak terpenuhi salah satunya seseorang belum berislam. Apabila dia mengenal tauhid tapi tidak mengamalkannya maka dia kafir, membangkang seperti Fir’aun dan Iblis dan yang serupa dengan mereka. Banyak sekali orang keliru dalam hal ini. Mereka berkata; Ini benar dan kami paham, kami bersaksi bahwa ini kebenaran. Tapi kami tidak sanggup mengikutinya, tidak boleh di negeri kami kecuali orang-orang yang sejalan dengan mereka, dan yang lain sebagainya dari alasan-alasan yang mereka kemukakan. Orang ini tidak tahu bahwa kebanyakan pimpinan kekufuran mengetahui kebenaran dan mereka tidak meninggalkan kebenaran itu kecuali karena salah satu dari alasan-alasan tadi, sebagaimana yang Allah Ta’aala ceritakan;
اشْتَرَوْا بِآيَاتِ اللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلًا
“Mereka menukar ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit…” (Qs. At-Taubah; 9)
Dan juga ayat-ayat lainnya seperti;
يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ
“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Alkitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri…” (Qs. Al Baqarah; 146)
Dan apabila dia mengamalkan tauhid secara lahir sedangkan dia tidak memahaminya atau tidak meyakininya dengan hatinya maka dia munafik, dia lebih jelek daripada orang kafir asli sebagaimana firman-Nya;
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka…” (Qs. An-Nisaa’; 145)
Ini merupakan perkara yang besar dan panjang (pembahasannya), akan jelas bagimu jika kamu perhatikan ucapan manusia, kamu dapati orang-orang yang mengetahui kebenaran tapi tidak mau mengamalkannya karena khawatir dunianya berkurang, atau kedudukannya atau berbasa-basi dengan orang lain. Dan kamu dapati orang yang mengamalkannya secara lahir, bukan batin apabila kamu tanya kepadanya akan apa yang dia yakini dengan hatinya ternyata dia tidak tahu apa-apa. Maka wajib atasmu memahami dua ayat dari Kitabullah berikut ini;
Yang pertama firman Allah Ta’aala;
لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ ۚ
“Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman…” (Qs. At-Taubah; 96)
Karena apabila telah jelas bagimu bahwa sebagian shahabat yang memerangi Romawi bersama Rasulullah Shaallahu ‘Alaihi Wasallam menjadi kafir disebabkan satu kata yang mereka ucapkan karena bercanda dan senda gurau saja jelaslah olehmu bahwa orang yang mengucapkan kekufuran atau mengerjakannya karena takut dunianya berkurang atau khawatir akan kedudukannya, atau karena berbasa-basi dengan seseorang, dia lebih jelek daripada orang yang mengeluarkan kata-kata kufur dengan main-main.
Ayat kedua adalah firman-Nya;
مَن كَفَرَ بِاللَّهِ مِن بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ وَلَٰكِن مَّن شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِّنَ اللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمُ اسْتَحَبُّوا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا عَلَى الْآخِرَةِ
“Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orangyang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan dunia lebih dari akhirat…” (Qs. An-Nahl; 106)
Disini Allah tidak mengudzur mereka kecuali orang yang dipaksa dan hatinya menetapi keimanan. Adapun selain itu maka dia telah kafir setelah keimanannya, apakah dia mengerjakannya karena takut, atau berbasa-basi, atau karena kecintaannya kepada negerinya atau kepada keluarganya, handai taulannya atau kepada hartanya, atau dia mengerjakannya bercanda atau tujuan lainnya, kecuali orang yang dipaksa.
Ayat diatas merupakan dalil akan hal ini dari dua sisi;
Pertama, firman-Nya “Kecuali orang yang dipaksa” Allah tidak mengecualikan selain orang yang dipaksa. Dan diketahui bahwa seseorang tidak dipaksa kecuali pada ucapan atau perbuatan. Adapun akidah hati tidak seorang pun bisa memaksanya.
Kedua, firman-Nya “yang demikian itu karena mereka lebih mencintai kehidupan dunia daripada akhirat” terang-terangan dikatakan bahwa kekufuran dan adzab ini tidak terjadi dikarenakan keyakinan atau kejahilan atau benci kepada agama atau kecintaan kepada kekufuran tapi disebabkan bahwa dia punya tujuan dari tujuan-tujuan duniawi sehingga dia mendahulukannya dari agama.Dan hanya Allah Ta’aala yang Maha Mengetahui. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad, dan kepada para pengikutnya dan shahabatnya sekalian.