HUKUM MEMBUAT PATUNG PERINGATAN DAN SELAINNYA

Berlepas dari hilangnya patung diorama tiga tokoh bangsa dan sinyalir PKI dibalik kejadiannya. Dan berlepas dari polemik yang muncul setelahnya, marilah kita simak keterangan Syaikh Shalih Fauzan hafidzahullah, Anggota Hai’at Kibar Ulama, Kerajaan Saudi Arabia tentang hukum membuat patung. Tulisan ini diterjemahkan dari kitab Tauhid, halaman 56-58.

Penulis berkata;

At-Tamatsil bentuk jamak dari timtsal yang artinya gambar berbentuk (patung) menyerupai manusia atau hewan atau selainnya dari makhluk-makhluk bernyawa. Adapun an-nushub pada asalnya adalah tanda dan bebatuan dimana orang-orang musyrik dahulu dalam rangka mengenang tokoh atau pemimpin (mereka), mereka melakukan penyembelihan di atas patung-patung pahlawan itu.

            Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah memperingatkan (ummatnya) dari menggambar makhluk-makhluk bernyawa, terutama menggambar pembesar-pembesar  seperti; ulama, raja-raja, para ahli ibadah, panglima-panglima dan pemimpin-pemimpin. Apakah prosesnya dengan cara melukis di atas kayu atau kertas atau tembok atau baju. Atau dengan cara merekam gambar dengan alat-alat modern yang dikenal di zaman ini. Atau dengan cara memahat dan membangun gambar (patung) sesuai bentuk tamtsil.

            Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga melarang dari menggantungkan gambar-gambar di tembok-tembok dan yang semisalnya. Beliau juga melarang dari memasang patung sekalipun tujuannya mengenang (jasa-jasanya). Karena yang demikian itu adalah sarana yang mengantarkan kepada kesyirikan. Karena kesyirikan pertama kali terjadi di muka bumi adalah akibat menggambar dan membuat patung-patung.

            Dikisahkan bahwa dahulu terdapat orang-orang shalih di zaman Nuh. Ketika mereka wafat kaumnya sedih. Lalu syaithan membisikkan kepada mereka untuk buatlah patung-patung mereka di tempat-tempat yang mereka biasa duduk dan namailah patung-patung itu dengan nama-nama mereka. Lalu kaum itu mengerjakannya dan patung-patung itu belum diibadahi (saat itu). Sampai ketika mereka ini wafat  dan ilmu dilupakan akhirnya patung-patung itu pun diibadahi.

            Dan ketika Allah mengutus nabinya yang bernama Nuh Alaihissalam ia pun mereka (kaumnya) dari kesyirikan yang muncul dikarenakan patung-patung ini, kaumnya menolak dan tidak menerima seruan Nuh. Mereka bertahan di atas peribadahan kepada patung-patung yang telah berubah menjadi awtsan (berhala). Allah Ta’aala berfirman dalam surat Nuh ayat 23;

Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr”.

Nama-nama ini adalah nama orang-orang shalih yang dibuat gambarnya sesuai aslinya dengan maksud mengenang mereka dan memuliakannya.

            Lihatlah akibat perbuatan mereka membuat patung-patung dengan tujuan mengenang tokoh-tokoh itu sehingga mereka terjatuh ke dalam kesyirikan kepada Allah dan menentang rasul-Nya. Dimana hal ini yang menyebabkan mereka dibinasakan oleh angin topan. Hal ini menjadi dalil akan bahayanya menggambar dan membuat patung. Karena itu beliau melaknat orang-orang yang suka menggambar dan mengabarkan bahwa mereka adalah orang yang paling keras azabnya di hari kiamat. Beliau juga menyuruh menghapus gambar dan mengabarkan bahwa para malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang disitu ada gambar. Ini semua karena kerusakan besar yang ditimbulkannya dan resikonya besar atas ummat dan akidah mereka. Karena pertama kali terjadi kesyirikan di bumi adalah akibat mendirikan patung-patung. Apakah patung-patung ini diletakkan di ruangan-ruangan pertemuan, atau lapangan dan taman-taman semua ini haram menurut syariat. Karena ia adalah sarana yang mengantarkan kepada kesyirikan dan kerusakan akidah.

            Apabila orang-orang  kafir sekarang mengerjakan perbuatan ini, hal ini karena mereka tidak memiliki akidah yang mereka jaga. Karena sesungguhnya tidak boleh bagi muslimin meniru mereka dan mengikuti langkah mereka mengerjakan hal ini demi terjaganya akidah mereka yang sesungguhnya akidah itu adalah sumber kekuatan dan kebagiaan mereka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *