MENGENAL TAQIYUDDIN AL MAQRIZI PENULIS TAJRID AT-TAUHID AL MUFID

Asy-Syaikh Al Imam Taqiyuddin Ahmad bin Ali Al Maqrizi

Ia adalah Ahmad bin Ali bin Abdul Qadir bin Muhammad bin Ibrahim Al Husaini Al ‘Ubaidi Al Ba’li Al Qahiri, Abul Abbas. Seorang imam yang dalam keilmuannya dan kuat. Rujukan ahli sejarah dan seorang ahli hadits yang menonjol.

Lebih dikenal dengan sebutan Ibn Al Maqrizi, mengacu kepada satu kawasan di Ba’labak yang dikenal dengan Maqarizah. Dari situlah beliau berasal.

Lahir pada tahun 766 hijriyah di Mesir. As-Sakhawi mengatakan; Ia lahir sebagaimana yang ia kabarkan dan tulis sendiri adalah setelah tahun 60 (yakni setelah 760). Guru kami, yakni Ibnu Hajar berkata bahwa ia melihat sendiri tulisan beliau yang menandakan (kelahirannya) pada tahun 66, di Kairo. -selesai.

Beliau wafat para waktu Asar di hari Kamis tanggal 16 Ramadhan tahun 845 hijriyah di Mesir dan dikubur pada hari Jum’at sebelum shalat (Jum’at)

Semasa hidupnya berkecimpung pada banyak disiplin keilmuan, keliling negeri belajar kepada para ulama dan bertemu dengan para ulama besar dan mengambil ilmu dari banyak imam dalam rangka tafaqquh fid diin sampai-sampai jumlah gurunya mencapai 600 orang. Gurunya yang paling menonjol adalah kakeknya sendiri dari jalur ibunya Asy-Syaikh Syamsu Ad-Diin Ash-Shaa’igh, seorang ulama adab yang populer. Selain kakeknya ia juga belajar kepada beberapa ulama populer lainnya seperti Al Bilqini, Al ‘Iraqi, Ibnu Khaldun, Al Haitsami, At-Tannukhi. Dan tidak sedikit para ulama yang memberinya ijazah keilmuan.

Dalam bidang fikih pada awalnya ia sangat terpengaruh dengan mazhab Hanafi. Hal ini karena guru dan kakeknya yakni Ibn Ash-Shaa’igh adalah seorang Hanafi. Kemudian setelah keilmuannya semakin matang dan usiannya telah mencapai 20 tahun ia pun berpindah kepada mazhab Syafi’i.

Kata As-Sakhawi; Ini terjadi sekalipun ayah dan kakeknya sendiri adalah seorang Hambali.-selesai

Kata Al Hafizh; Dia suka mengikuti hadits dan selalu begitu sampai-sampai dituduh mengikuti mazhab Ibn Hazm, tapi ia tidak sampai dikenal begitu. Al Hafizh juga berkata; Dahulu ia sangat mencintai Ahlussunnah, condong kepada hadits dan mengamalkannya sampai-sampai dianggap seorang dzahiri. -selesai

Zaman saat beliau hidup adalah zaman dimana merebak tiga aliran besar; Asy’ari, tasawwuf dan ilmu kalam bahkan filsafat. Disamping itu didapati juga aliran lain seperti Jahmiyah, Mu’tazilah, Rafidhah dan selainnya. Tapi yang disebutkan pertama itulah yang dominan.

Al Maqrizi sendiri sangat jauh dari mazhab Asy’ariy, tasawwuf dan ilmu kalam maupun filsafat. Bahkan bukti-bukti menandakan bahwa beliau berada di atas mazhab salaf dalam akidah. Ia berkata pada kitabnya Al Khutath (4/181);

“Bahkan semua mereka -yakni shahabat- memahami maknanya -yakni teks-teks sifat- dan memilih diam dari mendalami perbincangan seputar sifat-sifat. Tidak ada seorang pun dari mereka membedakan antara sifat dzat dan perbuatan, melainkan mereka menetapkan bagi Allah sifat-sifat azali dari ilmu, qudrah….dstnya. Lalu beliau melanjutkan pembahasan ini di atas satu konsep.

Ia berkata selanjutnya; “(Para shahabat) Radhiyallahu ‘anhum menetapkan apa yang Allah terangkan bagi diri-Nya yang mulia (dari sifat-sifat) seperti wajah, tangan dan yang semisalnya dengan tidak menyerupakannya dengan makhluk. Para shahabat Radhiyallahu ‘anhum menetapkan (sifat-sifat tersebut) tanpa tasybih dan mensucikan Allah tanpa ta’thil. Bersamaan dengan itu tidak seorang pun dari mereka yang menakwilkan satu pun dari sifat-sifat tersebut dan semua mereka berpegang untuk memberlakukan sifat-sifat tersebut sebagaimana datangnya….”

Ia juga berkata pada halaman 190; “Tidak sampai kepada kami dari seorang pun shahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in kabar bahwa mereka (salaf) mentakwil hadits-hadits ini….dan apabila turun Al Qur’an (mengabarkan) salah satu sifat-sifat Allah seperti firman-Nya ((Tangan Allah diatas tangan-tangan mereka)) sesungguhnya membacanya sudah mewakili akan makna yang dituju…”

Kemudian beliau menyebutkan sifat istiwa’ dan membantah orang yang mengatakan artinya adalah istila’

Ucapan dari beliau ini cukup jelas menerangkan akidahnya. Karena sikapnya yang menetapkan sifat tangan, wajah dan membantah orang yang menafsirkan istiwa’ dengan istilah’ adalah bukti bahwa akidahnya dalam persoalan ini lurus dan tidak condong kepada mazhab Asy’ariy.

Dalam Al Khutath (4/161) ia berkata mengomentari tersebarnya akidah Asy’ary di zamannya; “Maka kondisinya semakin berlanjut pada akidah Asy’ariy di negeri Mesir, Syam, Hijaz, Yaman dan negeri-negeri maghrib karena Muhammad bin Tumart. Ia telah memasukkan pandangan Asy’ariy kesana hingga jadilah akidah ini tersebar di segenap negeri-negeri ini. Sampai-sampai barangsiapa menyelisihinya lehernya dipenggal dan keadaan seperti ini masih saja berlangsung hingga sekarang.” -selesai.

Al Imam Al Maqrizi rahimahullah memiliki karya yang banyak diantaranya dalam ilmu sejarah/tarikh. Asy-Syaukani berkata dalam Al Badr At-Thali’ (1/81); Dahulu ia seorang yang dalam pengetahuannya dalam ilmu sejarah pada semua cabang persoalannya, karya-karyanya adalah bukti akan hal ini. Karya-karyanya -seperti yang dikatakan As-Sakhawi- mencapai lebih dari 200 jilid besar.

Dalam bidang tauhid beliau menulis risalah Tajriid At-Tauhid Al Mufid. Di dalamnya ia banyak menukil perkataan Ibn Al Qayyim tanpa menegaskan namanya.

Wallahu a’lam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *