Rintangan ini masih termasuk kepada rintangan pertama; rusaknya niat. Tapi sengaja dikhususkan disini karena urgensinya.
Popularitas dan suka tampil adalah penyakit yang buruk, tidak ada yang selamat kecuali orang-orang yang dilindungi Allah sebagaimana yang disampaikan oleh Asy-Syathibi rahimahullah; “Yang paling terakhir hilang dari hati para shalihin adalah cinta kekuasaan dan suka tampil.”
Maka apabila niat seorang pelajar dalam menuntut ilmu adalah agar namanya dikenal, selalu disebut-sebut, atau agar selalu dihormati setiap kali datang dan pergi, tidak ada tujuan darinya selain itu sungguh dia telah menjebloskan dirinya ke dalam jurang yang berbahaya. Dan cukup sebagai obat (baginya) mengetahui satu buah hadits dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang berkata,
“Orang yang pertama kali dipanggil di hari kiamat adalah tiga golongan…” sampai pada perkatannya,
“Dan seseorang yang belajar ilmu dan mengajarkannya, dia membaca Al Qur’an. Lalu dia dibawa menghadap dan diingatkan kepadanya nikmat-nikmat Nya dan dia mengingatnya. Kemudian Allah bertanya kepadanya; “Apa yang kamu lakukan terhadapnya?” Ia menjawab; “Saya belajar ilmu dan mengajarkannya dan saya membaca Al Qur’an karena Engkau.” Lalu dikatakan kepadanya; Kamu dusta! Tapi kamu belajar ilmu agar disebut “alim” dan kamu membaca Al Qur’an agar disebut “qari’” dan seperti itu yang kamu dapatkan. Lalu dia pun diseret dengan wajah di bawah dan dijebloskan ke neraka.” HR Muslim
Dan hadits lainnya, “Wahai sekalian Arab, yang paling aku khawatirkan menimpa kalian adalah kesyirikan dan syahwat yang samar.” Silsilah Ash-Shahihah (2/20) nomor; 508
Ibnul Atsir berkata; “Syahwat yang samar adalah suka dan senang orang lain melihat perbuatannya.”
Dan Umar Radhiyallahu ‘Anhu pernah menghardik Ubay ketika dia melihat orang-orang berjalan dibelakangnya. Umar berkata, “Hentikan itu! Karena itu adalah fitnah bagi yang diikuti dan kehinaan bagi yang mengikuti.”
Dan sebagian penulis kitab raqaiq dan suluk menyebutkan, bahwa seseorang apabila menginginkan atau senang apabila dimuliakan ketika dia datang, dan tujuannya hanyalah menjadikan orang lain takjub kepadanya, memujinya, sesungguhnya ini merupakan pintu terbesar dari pintu riya’ dan sum’ah. Barangsiapa yang riya’ Allah akan berbuat riya’ kepadanya dan barangsiapa yang sum’ah Allah akan berbuat sum’ah kepadanya.
Maka syahwat seperti ini adalah musibah kecuali bagi orang yang hatinya telah Allah ikat (lindungi).
Dan dahulu para salaf rahimahumullah adalah orang yang paling jauh dari cinta popularitas. Diantara contohnya; Apa yang dikisahkan pada biografi Ayyub As-Sakhtiyani rahimahullah. Syu’bah berkata, “Ayyub berkata; “Namaku disebut, dan aku tidak suka disebut.”
Syu’bah juga berkata, “Sesekali saya pergi bersama Ayyub untuk satu keperluan. Dia tidak membiarkanku berjalan bersamanya. Dia keluar dari sini dan dari sini agar tidak dikenali.”
Hammad berkata, “Dahulu aku berjalan bersama Ayyub, lalu dia mengambil sebuah jalan. Saya heran darimana dia tahu jalan ini. Dia lakukan itu agar tidak dikenali orang dan orang-orang berkata; Itu Ayyub!”
Al Imam Ahmad berkata; “Saya ingin berada di sebuah lorong di Makkah agar tidak ada orang mengenaliku. Sungguh aku telah dicoba dengan popularitas.”
Dan saat sampai ke telinga Al Imam Ahmad bahwa orang-orang mendoakannya, Ahmad berkata, “Semoga ini bukan istidraj.”
Dan pernah satu kali dia berbicara kepada seorang muridnya saat disampaikan kepadanya pujian orang-orang kepadanya, “Wahai Abu Bakar, apabila seseorang mengerti keadaan dirinya maka tiada berguna ucapan orang-orang tentangnya.”
Dan pernah juga ia berkata kepada seseorang saat sampai kepadanya berita orang-orang mendoakannya, “Aku minta kepada Allah agar tidak menjadikanku bersama orang-orang yang riya’.”
Sumber: Ma’aalim fi Thariiq Thalabil Ilmi, Abdul Aziz As-Sadhan, Daar Al ‘Aashimah.
SMPIT Tahfidz Sahabat Teladan